Search it here

Tampilkan postingan dengan label Curhat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Curhat. Tampilkan semua postingan

Senin, 24 Maret 2014

Wan't a Romance, so be Ready. Move On is a Must!

Berawal dari keisengan membuka akun facebook melalui netbuk di kamar kos sewaktu jam istirahat kantor, sampai berujung pada sebuah artikel berbahasa inggris yang di share oleh salah satu teman di facebook.  Sebuah komik pendek, berupa penggalan jalan cerita dalam kotak-kotak kecil yang sarat akan makna mengenai sebuah hubungan. Entah itu persahabatan maupun hubungan asmara.

Kadang kita manusia sangat rela berbetah-betah  diri dalam suatu keadaan yang sangat tidak menguntungkan, menyedihkan, memilukan dan mengiris hati. Sampai-sampai mata kita tertutup untuk hal--hal yang sangat menarik di alam ini. Apalagi sesaat setelah patah hati, dunia serasa hanya berkutat pada anda dan mantan kekasih terkasih anda. Sayapun begitu. 

Pertamakali mengenal asmara di usia 26, dan putus 10 bulan setelahnya. masa yang singkat, tapi sangat penuh makna. Bahkan sampai saat inipun saya masih ingin mengulang jalinan kasih itu dengan sang mantan. Karena perpisahan kami bukanlah sesuatu yang buruk, tapi hubungan kami akhirnya berkesudahan dengan baik dan tanpa pertengkaran yang berarti. Awalnya memang berat, mempertanyakan segalanya, tapi ketika suatu hubungan menemui titik jenuh baik oleh kedua belah pihak maupun salah satunya, maka jalan satu-satunya adalah mengakhiri hubungan tersebut demi kebaikan bersama. Karena jika memang rasa yang pernah dibina diawal perkenalan itu masih ada, maka pasti CINTA ITU TAKAN KEMANA.

Satu hal yang harus terus dipegang teguh adalah, bahwa hidup itu hanya sementara, manfaatkanlah segala  momen dengan bahagia, jangan sampai putus cinta menjadikan diri kita terhindar dari kebahagiaan.

Rabu, 26 Februari 2014

Lupa Rasanya menjadi nomor 1!

Nomor 1.
Semua orang ingin menjadi nomor satu, dalam berbagai hal, dalam berbagai keadaan dan dalam berbagai kondisi. Nomor satu yang biasanya identik dengan urutan tertinggi dari hasil suatu perlombaan menjadi angka yang sangat dielu-elukan. Berbagai upaya akan dilakukan untuk meraih nomor ini. Latihan yang kontinu, persiapan trik dan tips pencapaiannya bahkan sampai kepada trik-trik "kotor" untuk mencapainya.

Nomor satu, banyak orang yang rela kehilangan waktu, tenaga dan sumber daya untuk mencapainya. Lihatlah pada berbagai perlombaan, balap mobil misalnya, semua pabrikan akan merelakan dana besar-besaran untuk merekrut pembalap yang dianggap mampu merepresentasikan pabrikan dalam meraih nomor satu dalam balapan. Ajang pencarian bakat? apalagi. Tak jarang pesertanya rela kehidupan pribadinya diekspos untuk meraih polling tertinggi sehingga tujuan untuk memenangkan lomba semakin terbuka.

Aku, yang dilahirkan pada urutan ke-7 dalam silsilah keluargaku sudah sadar bahwa posisiku bukanlah nomor 1, setidaknya dalam daftar kartu keluarga. Namun, Allah memang selalu adil kepada semua umat-Nya, walau kadangkala sesekali aku masih saja mempertanyakan keadilan tersebut. Aku diberkasih kecerdasan anak rata-rata sehingga selalu bisa menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan para pendidiku lebih cepat dari teman-teman kelasku. Dan nomor 1 menjadi langgananku sejak kelas 1 Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Pun begitu dengan lomba-lomba yang kuikuti dalam rangka mewakili sekolahku baik dikancah regional maupun propinsi. Gelar pembicara terbaik pada debat bahasa inggris, juara pidato,juara paduan suara, juara marawis, juara bola voli, dan juara kelas tentunya.

Rasanya menjadi nomor satu sangatlah luar biasa. Dielu-elukan teman-teman, menjadi kebanggan orang tua, keluarga, guru dan almamater.

Namun, saat ini, di usiaku yang menginjak angka 27, aku mulai lupa bagaimana rasanya menjadi nomor 1. Dalam karir pekerjaanku aku bukanlah siapa-siapa saat ini, jangan nomor 1, nomor 2 pun bahkan sangat mustahil untuk kuraih. Dipercintaan? apalagi.

Punya pasangan rasanya memang indah, ada sosok yang bisa dijadikan sandaran minimal untuk bersenang-senang. Namun, saat diri kita bukanlah prioritas rasanya menjadi rancu. Saat teman-teman dan pekerjaan menjadi hal yang menduduki posisi nomor 1 dipikiran pasangan kita maka rasanya tak terbayangkan. Kecewa? tentu. Tapi itulah resiko hidup kawan.

Saat ini, tujuanku tak lagi menjadi nomor 1 dalam berbagai hal, baik pekerjaan, pertemanan, maupun percintaan. Melainkan melakukan hal-hal yang dilakukan orang-orang nomor satu untuk membahagiakan orang-orang yang sangat layak untuk kita nomor satukan.

"Seseorang kadang tidak mensyukuri keadaannya sekarang karena dia melihat apa yang dia inginkan Bukan melihat apa yang dia dapatkan...."



Sabtu, 13 April 2013

Lonelly,...

Tiba-tiba merasakan kesendirian, bukan, kesepian lebih tepatnya. Masa dimana aku benar-benar sendirian mengisi keseharian di sekeliling orang-orang yang benar-benar baru di daerah yang benar-benar berbeda jauh dengan Jogjakarta, kota di mana kumenempuh pendidikan selama 6 tahun.

Egois memang ketika banyak wajah-wajah baru menyeringai menyimpulkan senyuman di sekitar kita seolah ingin mengabarkan kepada hati kita bahwa kita tak sendiri, kita tetap saja merasa sendiri, sepi, kesepian.

 

Perasaan yang wajar adanya dirasakan oleh mereka yang baru meninggalkan tempat lama yang penuh kenangan, termasuk aku. Jauh dari kedua orang tua nun jauh di sana, meninggalkan keindahan jogja dan kenangan-kenangannya untuk menempuh hidup baru, dunia kerja yang sangat jomplang dengan kesantaian selama menempuh perkuliahan di kota Medan yang budayanya sangatlah bertolak belakang dengan Jogjakarta. Wajah-wajah baru yang menggairahkan semangat untuk menunjukkan kapasitas diriku, keadaan masyarakat sekitar yang 100% beda dengan lingkungan mahasiswa dulu.

Aku, disaat pekerjaan mulai menguras waktuku untuk sejenak beristirahat, masuk kantor setiap senin sampai sabtu dimulai pukul 8.30 sampai 17.00 akhirnya menemukan titik dimana aku butuh tempat untuk bercerita. Sosok untuk berbagi keluh kesah. Awalnya, telepon dan SMS merupakan solusi tersepat dan terealistis yang dapat kulakukan untuk sejenak mengusir rasa kesendirianku ini. Hampir semua daftar nomor telepon di phone book HP ku panggil, namun terkadang hanya berujung deringan yang diakhiri dengan tanda sibuk. Ya, awalnya kumerasa "apa susahnya sih sekedar mengangkat telepon?" namun akhirnya kumenyadari bahwa masing-masing orang memiliki masalahnya sendiri-sendiri dan kesibukan serta dunia masing-masing. Hanya beberapa panggilan yang berhasil mendapatkan sambutan, walaupun akhirnya aku mengurungkan niat untuk sejenak bercerita dan berbagi keluh kesah karena terkadang tidak semua orang cocok dan mau untuk menampung uneg-uneg dan keluh kesah yang kita miliki. 

Untung buatku, masih ada beberapa teman yang mau dan siap memberi masukan agar aku semakin kuat melalui hari-hari baruku di sini. Walaupun sebenarnya hanya lewat chatting di Facebook atau Yahoo Messenger. Susahnya beradaptasi dengan lingkungan kerja yang jauh dari kata disiplin hingga masalah ketidaksukaan akan cara orang lain menyelesaikan masalah pekerjaan yang justru membuat masalah baru untuk ku. Egois memang ketika aku menyampaikan segala keluh kesahku tentang orang lain dan interaksiku dengan mereka tanpa tahu latar belakang mereka secara detil. Tapi bukankah suatu kewajaran ketika kita berada di suatu lingkungan baru akan timbul perasaan-perasaan susah beradaptasi?

Terkadang aku merasa terlalu banyak mengeluh akan hal-hal yang kulalui dan kualami dalam kehidupanku, tapi itulah aku, manusia yang berkarakter lemah dengan casing yang kokoh ibarat kaum mollusca yang berhasil menyembunyikan betapa rapuhnya sosok sebenarnya dari diri mereka dibalik cangkang yang yang kokoh.


 

Minggu, 16 September 2012

Sabtu, 15 September 2012

What’s wrong with my Name..? (Part 1)

hupfth...
Inilah permasalahan yang sebenarnya tak ingin kubahas dalam hidupku. Kenapa...?, pasalanya sudah beberapa kali aku bermasalah dengan orang hanya karena namaku, baik itu hal yang lucu sampai ke hal-hal yang serius. Aku sudah mengalami beberapa hal yang membuatku kesal dan rasanya ingin menonjok muka orang, misalnya seperti suatu saat aku menyempatkan diri chating di fasilitas warnet gratis yang disediakan oleh kampus dengan menggunakan MIRC dan log on dengan nama yang bukan sebenarnya, karena biasanya kan juga seperti itu(heheh). Hari itu didit menjadi nama yang kukorbankan di chat kali ini, dan beberapa saat kemudian seorang cewek nimbrung dan menyapaku :
Ce   : Hallo....asl plis
aku : Halo juga.... 24 m jgj
         kamu?
        (Aku memasang usia 24 tahun biar terkesan sudah dewasa...hihihihih.)
kata-katapun berlayangan di udara, sampai pada suatu saat dia mulai bertanya.
ce    : ne nama asli atau ...???
Aku : bukan..
ce    : trus namanya spa..??
gw   : u 1st....
ce    : sita... lu..
dengan bangganya kubalas dengan kejujuran dari hati yang paling dalam "GEMPUR" ketikku di kotak chatting
ce   : hah...
aku : napa...??
ce   : kamu kok gt.
         aku kan dah ngasih taw namaku, skrg giliran kamu
         namamu siapa..??
aku : kan sudah dibilang Gempur..
ce   : jangan boong..
         serius itu nama beneran..?? ga ngarang..??
gw  : jujur 100% nama gue yang itu
ce   : gak percaya...masa namamu itu..???
aku : sumpah...tuh nama dari dulu gue dapet dari ortu gue..
ce   : jujur dong..

lantaran sudah tidak tau lagi harus meyakinkan si Sita ini dengna cara apa, akhirnya kuputuskan untuk segera log out dan meninggalkan SIC.
 
huh..mengapa....
mengapa aku harus bermohon-mohon untuk meyakinkan orang bahwa namaku adalah GEMPUR.

Bukan hanya itu. 
Ada lagi kisah yang membuatk rasanya gimana... gitu, yang terjadinya waktu aku sednag mengikuti salah satu kuliah dengan 4 SKS di pagi hari -_-. Kejadian bermula ketika si Dosen pengampu matakuliah ini memutuskan untuk menunjuk setiap mahasiswa secara random untuk mengerjakan soal-soal latihan di textbook, sampai saat ada seorang teman yang dipanggil dan kurang bisa menyelesaikan salah satu soal latihan di papan tulis. yang membuat pak dosen berkata "Ada yang bisa ngelengkapin...??" sembari menunjuk ke papan tulis di mana hasil kerjaan temanku tergores. Dan dengan bangganya kuputuskan untuk unjuk tangan dan melengkapi pekerjaan temanku itu. Kabar baiknya adalah, aku bisa menyelesaikan kekurangan dari pekerjaan temanku, dan kabar buruknya akan segera anda ketahui berikut ini saat sang dosen mulai mengambil daftar nilai.
Dosen : NIM-nya berapa mas...??
Aku    : 10877
            (ini bukan NIM yang dikarang demi blog ini, tapi ini NIM pembagian dari UGM)
Dosen : kelompok berapa ?
Aku     : sebelas pak
Dosen : oh tunggu ya.....tak liat dulu

tak lama kemudian dengan nada tidak percaya dan terkejut beliau bertanya "ini....bener namanya.. GEMPUR ..???" aku yang saat itu sudah sampai di kursiku langsung terkejut dan menjawab "Iya pak..."dengan penuh kepercayaan diri. Namun dengan santainya sang dosen melanjutkan "saya kira ini cuman nama samaran yang dikasih sama teman-temannya.. eh ternyata nama asli toh..." dengan wajah yang terlihat manis-manis gimana gitu. Aku kemudian tersenyum dengan tampang manis yang dipaksakan yang jika diperhatikan seperti orang yang sedang menge-den sambil berkata " iya pak, itu nama saya.." dan ternyata itu tak membuatnya berhenti dari keheranannya "wah saya kira kemarin itu singkatan dari namanya.. Gerhana Purwanto, eh ternyata bukan.."

huah..haha........
kelas kemudian dipenuhi gemuruh tawa nan membahana memenuhi jagat raya alam semesta yang semerbak bunga. sementara aku hanya bisa tersenyum simpul sambil menahan rasa stres dan malu.

mengapa oh mengapa  sedikit orang yang percaya dengan namaku ? Apa yang salah dengan nama GEMPUR? bukankah itu unik? menarik? langka? tapi apapun itu, namaku adalah namaku. Yang merupakan harta terbesar pertama yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Tak peduli mereka tak percaya, tapi itulah namaku yang indah menurutku, dan dengan bangga ku umumkan bahwa namaku adalah..

GEMPUR........SAFAR...
HUAHAHHAHAHHA,.AHA.AAHAHAA

Jumat, 07 September 2012

Mahasiswa Ambang Batas

Kalau ditanya pengen lulus gag sih?? tentu saja jawabannya iya. Namun, jangan pernah tanya kapan kata lulus itu akan dicapai.

Semester ini adalah semester keempat dimana Tugas Akhir mengisi salah satu baris  di KRS-ku, dan sangat besar harapanku untuk segera mengakhirinya semester ini  juga.  Ntah kenapa kuliahku di salah satu Universitas  ternama ini tak kunjung selesai, padahal prestasi belajarku tidak jelek-jelek amat. Dibilang mengeluh, ya saya  mengeluh, walaupun banyak sekali petuah-petuah yang melarang untuk mengeluh, tapi itu manusiawi bukan??

Semester ini sempat membawa angin segar ketika tema yang cukup mudah, dan memang saya memutuskan untuk mengambil tema yang mudah-mudah saja untuk ku bahas sebagai tugas akhir, telah kutemukan dan selesai kususun dalam 3 minggu. Bayangkan, dalam 3 minggu Tugas Akhirku selesai. Melihat kerja kerasku yang benar-benar serius untuk setidaknya membuat ibu-bapak ku bisa berhenti memberikan penjelasan kepada tetangga ketika pertanyaan, “si gempur udah lulus  belum??” terlempar dari lisan-lisan mereka ada kebahagiaan yang sempat menyinggahi lubuk hatiku, “aah… akhirnya bisa segera menyelesaikan studi yang alot ini”


Sampai saat kuputuskan untuk menghubungi Dosen Pembimbing Tugas Akhir melalui SMS untuk  mengatur jadual pertemuan untuk membicarakan tema Tugas Akhirku yang  berujung tidak dibalasnya SMS ku. Awalnya sedikit kecewa karena SMS untuk mengatur jadual pertemuan tidak mendapat respon dari Dosen Pembimbing kedua setelah kuputuskan mengganti dosen di semester ke-3 kumengambil Tugas Akhir, namun semangat tuk mengejar Wisuda Sarjana bulan November 2011 semakin mendorongku untuk menemukan jalan keluar, hingga akhirnya kuputuskan untuk menemui sang dosen di ruangannya secara langsung pada pagi hari dengan berbekal bahwa beliau ada jadual mengajar siang harinya. Dan Alhamdulillah, berhasil bertemu.

Pagi itu adalah pagi kedua saya memasuki ruangan kantor salah satu dosen yang cukup senior di kampusku itu, setelah sebelumnya beliau sempat bingung akan status kemahasiswaanku. “hm.. mahasiswa S2 mas??” begitu katanya ketika melihatku memasuki ruangannya seminggu yang lalu. hmm,, rupanya studi yang melelahkan ini telah menguras ketampananku.

Kusodorkan juga draft Tugas Akhirku kepadanya, dan beliau cukup kaget ketika melihat draft iu sudah lengkap dari BAB I sampai BAB V, mengingat seminggu sebelumnya hanya BAB I yang ku serahkan sebagai bahan pertimbangan beliau mengenai temaku. Batinku mulai melafalkan bernagai do’a dan harapan agar draft tersebut di ACC dan dibolehkan untuk lanjut ke tahap Ujian Pendadaran yang begitu meneganggang menurut versi teman-temanku  yang sudah berhasil melaluinya. Badanku tegap di seberang meja dimana sang Dosen  duduk, dan beliau mempersilahkanku untuk duduk, karena katanya beliu hendak membaca dahulu isi draft-ku. Kursi tamu di ruangan itu menjadi saksi betapa tegangnya diriku menghadapi hari itu dan bertambah tegang ketika akhirnya sebaris kalimat pertanyaan terucap dari lisan dosenku.

Ya, seperti yang sudah dikatakan teman-temanku. Bapaknya akan menanyakan hal yang cukup abstrak untuk dimengerti oleh mahasiswa yang ditanya olehnya. ‘tenang pur..tenang..’ begitulah batinku berkata ketika mendengar kalimat yang kucoba pahami dari sudut pandang yang sederhana untuk selanjutnya kujawab dan kujelaskan sesuai yang ku ketahui dari buku-buku yang kujadikan pedoman penyusunan Tugas Akhir ini.

“Bukan..bukan begitu maksud saya…” kalimat itu tiba-tiba meruntuhkan kepercayaan diriku yang dengan susah payah kubangun pagi itu. kembali lagi aku mencoba menjelaskan dengan bahasa yang sederhana yang memang dituntut oleh sang dosen, namun tak kunjung bisa memuaskan pertanyaan dari beliau. sampai akhirnya sedikit gaduh, ketika saya sedang berusaha menjawab, bapakny juga kembali bertanya disaat yang bersamaan. Beruntung, sekali lagi dengan menggunakan apa yang kudengar dari teman-temanku bahwa kata ‘Ya Pak!’ adalah senjata ampuh untuk mengakhiri kemelut pertanyaan bertubi-tubi yang dilontarkan oleh sang dosen.

Sampai akhirnya hatiku takluk juga ketiga beliau berkata, apa yang kulakukan untuk Tugas Akhirku adalah SALAH! dari segi metode maupun cara penyelesaian permasalahan yang kuangkat sebagai tema. Kecewa?? ya, tentu saja. Siapa orang di dunia ini yang tidak kecewa ketika hasil kerja kerasnya dinyatakan SALAH?!


Pertemuan itu adalah pertemuan terakhirkku dengan sang dosen untuk membahas Tugas Akhirku yang kemudian mengubur harapanaku untuk Wisuda pada bulan November 2011, karena setelahnya kuputuskan untuk menenangkan hatiku selama seminggu dan kemudian memutuskan untuk menemui sang dosen kembali. Namun, ketika hatiku sudah siap, beliau harus dirawat inapkan di Rumah Sakit selama beberapa hari dan bed rest beberapa minggu di rumah karena penyakit darah tinggi nya menyerang. begitu yang kudengar.

Dan sampai saat ini belum ada perkembangan terbaru mengenai masa depan tugas akhirku dan status S.Si yang akan menempel di namaku. Sangat besar harapanku untuk menyelesaikannya bulan ini,mengingat kejenuhan yang mulai menggerogoti semangatku.


rebloged from : gesaf.wordpress.com on nov 14th

Senin, 02 Juli 2012

Semangat itu.....

Menjadi bersemangat dan memiliki semangat yang menggebu-gebu dalam melakukan berbagai hal yang kita sukai bahkan yang ditargetkan kepada kita merupakan suatu hal yang mutlak ada dalam benak kita ketika kita hendak memulai aksi. Namun, mengumpulkan semangat hingga tersedia begitu banyak di raga kita tidaklah semudah yang dikoar-koarkan oleh berbagai pihak yang senantiasa setia mendukung kita untuk tetap bersemangat menjalani hari.

Semangat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah roh kehidupan yg menjiwai segala makhluk, baik hidup maupun mati (menurut kepercayaan orang dulu dapat memberi kekuatan) dst. Begitulah kira-kira gambarannya, karena sampai saat ini pun saya dan mungkin anda juga masih sukar untuk menjelaskan setiap kata yang terdengar dan terucap dengan mudah hampir setiap hari namun tak semudah itu untuk mengungkapkan maknanya secara harafiah.


Semangat, satu kata yang sangat gampang diucapkan dan susah untuk didapatkan.

Begitulah kiranya yang kurasakan saat ini, Semangat untuk  mengejar target yang sudah benar-benar dekat dengan garis batas yang akan memupuskan segala usaha yang sudah kubangun selama ini belum juga datang. Tapi, kita tidak harus menunggu bukan? begitulah kata mereka dan kata hatiku ketika aku masih berkutat dengan kemalasan dan pemikiran akan penyebab-penyebab yang sampai saat ini masih menguras energi dan emosiku. Semangat tidak akan datang dengan sendirinya memenuhi segala sendi kehidupan kita. Semangat tidak akan dengan suka rela mengisi sensor-sensor motorik kita untuk bergerak maju menghadapi kerasnya hidup. Semangat sangat sombong, Butuh usaha yang benar-benar keras dan kontinu untuk menaklukannya.

Bangunlah ketika yang lain sedang tertidur. Berjalanlah ketika yang lain sudah bangun. Berlarilah ketika yang lain sedang berjalan. Dan terbanglah ketika yang lain sedang berlari. Dan ketika yang lain terbang maka saya telah sukses!
Saat ini kiranya semangat sudah mulai luluh melihat kegigihanku yang pasang surut dalam mengakhri polemik pendidikanku yang semakin amburadur kuperbuat. Terlalu memikirkan orang lain, terlalu memikirkan image yang orang refleksikan terhadap segala tindakan kita dan terlalu nyaman berada di comfort zone yang sekian lama membuat rasa malas dan enggan untuk beranjak kian menjadi shield yang menutup pintu untuk semangat masuk mengisi ruang hampa adalah faktor-faktor yang kurasa sangat membantuku dalam menghilangkan semangatku untuk maju dan berkembang :D.

Mungkin semua orang akan menyalahkan orang lain dan faktor-faktor di luar dirinya sebagai penyebab kegagalannya mencapai target yang diinginkannya dalam hidup. Begitupun saya, tetapi semenjak bertemu dengan sosok driver taxi yang kuajak mengobrol ketika menempuh perjalanan dari kos menuju bandara Adi Sutjipto Yogyakarta beberapa hari yang lalu, pemikiranku yang amat sempit dan terkungkung rasa malas menjadi sedikit terbuka bahwa sebenarnya "DIRI KITA SENDIRILAH YANG MENJADI LAWAN KITA UNTUK MERAIH SUKSES!". Saat itu perkataan itu melayang begitu saja di dalam kabin mobil sedan berwarna biru yang melaju di siang yang terik. Tetapi, ketika hatiku benar-benar mulai penat dan lelah menjalani hidup  yang monoton, perkataan itu kembali terngiang, dan ternyata benar adanya bahwa "lawanku saat ini adalah diriku sendiri, bukan siapa-siapa, bukan lingkungan, bukan teman-teman apalagi mereka yang tidak senang melihatku berhasil"


Jadi, demi melawan diri sendiri usaha yang dilakukan haruslah lebih besar. Karena, hal yang harus kita taklukan adalah diri sendiri yang mengenal dengan baik siapa kita dan bagaimana menaklukan kita dengan menghalang-halangi laju semangat masuk kedalam sendi-sendi kehiupan.

Ada beberapa hal yang dapat membangkitkan semangat hidup, antara lain:
1. Tahu apa hakekat sebenarnya hidup ini.
Banyak orang yang tidak tahu apa sebenarnya hakekat hidup ini. Untuk apa kita hidup? Untuk apa kita ada di dunia ini? Memang butuh perenungan yang dalam untuk menemukan jawaban pertanyaan seperti itu. Jika kita menyadari hal ini, tentu kita akan memiliki semangat untuk mengerjakan semua pekerjaan dan urusan kita dengan cara yang terbaik. Satu hal yang penting dan tidak boleh dilupakan adalah niat, karena niat akan menentukan nilai amal/perbuatan kita.
2. Tahu cita-cita hidup kita yang tertinggi.
Semua orang memiliki impian atau cita-cita, namun hanya sedikit yang berani mengejar dan mewujudkannya menjadi sebuah realitas fisik. Banyak orang kehilangan semangat dalam hidupnya hanya karena mereka tidak tahu atau tidak mau tahu akan apa yang sebenarnya yang mereka mau. Apa yang sebenarnya yang mereka inginkan. Kebenyakan orang hanya menjalankan hidup ini sebagai sebuah rutinitas. Dengan sedikit kenyamanan yang mereka rasakan maka berhenti sampai di situlah impiannya. Mereka takut membuat sedikit perbedaan karena khawatir kenyamanan itu akan hilang.
3. Bersyukur terhadap apa yang sekarang kita miliki dengan tulus.
Dengan mensyukuri semua yang ada pada kita saat ini, itulah sebenarnya sumber semangat kita. Kita akan sadar bahwa Tuhan sebenarnya sangat sayang kepada kita. Banyak sekali nikmat yang sudah kita rasakan, sementara lebih banyak lagi orang yang nasibnya tidak seberuntung kita. Ada pun sesuatu yang kita inginkan yang belum kita miliki, itu adalah kesempatan bagi kita untuk berikhtiar semampu kita untuk mendapatkannya. Jangan pernah kecewa, apalagi putus asa.
4. Yakin bahwa apa pun yang kita lakukan akan mendapat balasan, baik di dunia maupun kelak di akhirat.
Setiap perbuatan kita pasti akan ada efeknya. Kita tersenyum kepada orang lain maka orang lain pun akan tersenyum kepada kita.
Setelah kita tahu bahwa apa pun yang kita lakukan akan menimbulkan akibat, baik langsung maupun tidak langsung terhadap diri kita, maka kita harus memilih hanya untuk berbuat yang baik, positif, bermanfaat dan bernilai saja. Dengan demikian, bisa dipastikan efek yang akan kembali kepada kita juga hal-hal yang baik. Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini jika kita tahu benar apa yang kita lakukan. Waktu kita adalah aset terpenting setelah nafas/oksigen maka kita harus mengisinya dengan gerak/aksi/perbuatan yang jelas manfaatnya. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Jadi semuanya pantang sia-sia. read

so, what do you waiting for? start right now, right here!


Jumat, 18 Mei 2012

Kekanak-kenakan di Usia Tua

Berawal dari kesadaran saya untuk mengingatkan salah satu teman kos yang usianya jauh di atas usia saya beberapa saat yang lalu mengenai bagaimana sebaiknya mereka memproduksi volume suara yang mereka hasilkan dari gelak tawa kebahagian dari bermain game di malam hari, mengingat jam sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB dan kos kami berada di wilayah padat penduduk, sampai kepada respon yang sudah saya perkirakan. Bukannya mengucapkan terimakasih atas kemauan saya mengingatkan mereka, justru serangan balik yang dilontarkannya dengan sangat sinis. Sebenarnya permasalahan volume suara yang melebihi ambang batas ini sudah sering mengemuka di kosan kami yang sederhana ini. Namun, mengingat pada kesempatan-kesempatan sebelumnya pihak warga yang diwakilkan oleh Ketua RT dan atau Ketua RW yang langsung datang menegur mereka, maka saya berinisiatif untuk mengingatkan sebelum kejadian yang sama sekali tidak enak kembali terjadi yang justru membawa saya pada penyesalan yang mendalam.

 
Tidak ada perasaan sok baik, sok bijak apalagi sok suci yang menghinggapi benakku saat kuputuskan untuk memberitahu bahwa malam sudah terlalu larut untuk volume suara semaksimal itu. Sebenarnya jiwaku sudah mulai terusik saat permainan dimulai dan menyertakan seorang teman wanita di dalamnya dengan tentu saja gelak tawa yang membahana sampai pukul 22.00 malam, bagi saya tidak masalah mau sebesar apa volume suara yang mereka hasilkan, namun mengingat sudah terlalu sering teguran datang menghampiri kos kami karena sebab yang sama, maka demi menjaga nama baik semua penghuni kos dan pendahulu-pendahulu kos kami yang dikenal sebagai mahasiswa yang beretiket baik, hatiku tergerak untuk sekedar mengingatkan bahwa jam telah menunjukkan pukul 23.30 WIB.

Jika saya berada pada posisi yang diingatkan mungkin perasaan saya akan sedikit terganggu dengan "human alarm" itu, namun mengingat segala sesuatunya menyangkut banyak pihak maka bisa saya pastikan ucapan terimakasih lah yang akan keluar dari lisan saya, bukannya justru komplain yang malah menyudutkan si pemberi saran, bahkan kalaupun kata terima kasih tidak terlontar saya akan segera merubah perilaku yang kurang pas untuk waktu seperti itu dengan mengurangi volume suara yang saya hasilkan. Dan itu sudah sering saya lakukan ketika ada teguran saat saya sedang asik-asik berkaraoke di kamar sendiri di sore hari (heheheeheh).

Namun, ternyata taraf kedewasaan seseorang itu berbeda-beda. Bukannya saya merasa sudah dewasa, namun setidaknya saya berusaha untuk menanggapi berbagai hal dengan lebih bijak mengingat usia yang sudah 1/4 abad.

Banyak orang yang beranggapan bahwa semakin besar angka usia seseorang maka semakin dewasa pula orang tersebut. Namun di balik semua anggapan-anggapan umum itu banyak yang justru tidak menyadari bahwa usia bukanlah jaminan kedewasaan dalam berperilaku, berpola pikir dan menanggapi permasalahan yang ada dalam hidup yang semakin complicated ini. Banyak jiwa kanak-kanak yang masih terperangkap dalam tubuh dan sosok dengan bilangan umur tidak muda lagi yang menjadi contoh di masyarakat, dan yang paling jarang kita temukan adalah jiwa dewasa dalam usia yang relatif muda.

Sudah terlalu banyak contoh dari ketidakmampuan usia menjamin kedewasaan seseorang. Yang paling bisa kita lihat dengan kasat mata adalah kekanak-kanakannya anggota-anggota parlemen yang terhomat kita yang masih saja menganggap bahwa kekerasan atau adu otot dan kekencangan volume suara bisa menyelesaikan berbagai masalah, dan solusi hanya akan keluar dari suara terbanyak dan terlantang. 

Sebenarnya, jiwa dewasa sudah ada dalam diri setiap orang. Hanya saja ego, rasa ingin dihormati, rasa ingin membuktikan diri dan rasa tidak ingin terlihat rapuh dan lemah di hadapan orang lain membuat kedewasaan justru tertutupi kabut sifat kekanak-kanakan yang sama sekali tidak memberikan efek positif sedikitpun terhadap bagaimana kita berperilaku dalam masyarakat dan image kita di hadapan khalayak.

Orang-orang yang masuk dalam golongan seperti ini biasanya memiliki ciri umum yang identik,
  • Sangat susah untuk memahami keinginan orang lain sebab keinginan diri sendiri menjadi hal paling utama yang harus dipenuhinya dengan berbagai cara sekalipun.
  • Tidak ada kesadaran untuk mengakui kesalahan diri sendiri meskipun secara sadar mengetahui bahwa tindakannya menyalahi aturan.
  • Menganggap remeh segala hal yang ada, baik yang tidak terlalu serius bahkan yang sangat serius sekalipun, biasanya ucapan seperti "udahlah, kita lupain aja masalah yang satu ini" akan terlontar ketika diajak membicarakan permasalahan yang justru tidak akan memberikan jalan keluar dari permasalahan-permasalahan dasar yang dihadapi sampai kapanpun.
  • Tidak memiliki rasa bersalah, misalnya membatalkan janji dengan seenaknya secara tiba-tiba, tanpa alasan yang jelas, dan tanpa penjelasan apa-apa. .
Secara sadar saya mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu masih gemar menjadi bagian dari perilaku sehari-hari, namun usaha yang sangat keras masih saya lakukan untuk setidaknya mengurangi kemunculannya dalam perilaku sehari-hariku.


Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan Anda. 
Malulah pada usia anda jika anda masih bertingkah kekanak-kanakan!

Minggu, 18 Maret 2012

Revisi Cinta dan Skripsi

Alhamdulillah..alhamdulillah.. alhamdulillah..
Akhirnya setelah sekian lama berkutat dengan tugas akhir, akhirnya selasa, 13 Maret 2012 jadual pendadaran yang harus kulalui sampai juga. Seperti biasa, karena memang saya "banci tampil" maka bukannya tegang atau gugup dalam menanti hari itu datang tapi excited dan santai saja.Karena toh selama tugas akhir dan presentasinya kita buat sendiri kenapa harus takut? bukan begitu?

Tetapi, seperti biasa, persiapan sematang apapun dan pengetahuan semumpuni apapun jika tidak disertai dengan keberuntungan maka semuanya akan menjadi sia-sia.

Tidak seperti biasanya, hari itu, mataku dan badanku bangun jauh lebih awal, padahal semalam begadang sampai pukul 2 pagi mengobrol dengan teman yang kebetulan menginap setelah keliling kelurahan Terban untuk melakukan persiapan pra-survey yang tawarannya kuterima bersamaan dengan masuknya notifikasi jadual ujian di HP bututku. Jam di HP menunjukan pukul 5.32 WIB, temanku masih terlelap. Kubangun dan mempersiapkan diri, mengambil wudhu dan sholat subuh.Sungguh indah ternyata bisa bangun pagi dan bisa sholat subuh lebih awal dari biasanya tanpa harus berkejaran dengan matahari yang hendak mulai menyinari hari. On line sebentar, mengupdate status :


Mandi kemudian bersiap berangkat tepat pukul 07.03 pagi diantar teman. Sesampai di kampus, langsung menuju ke lantai 3 dimana ruangan pendadaran berada. Bertemu penjaga ruangan untuk memastikan segala peralatan telah siap dan ruangan sudah ditata. Ruangan terasa dingin dan sepi, karena ini masih pukul 7 pagi lebih sedikit dan memang aku tidak mengundang seorang pun untuk menghadiri sidang pendadaranku ini kecuali kakak kelas yang kebetulan bersama-sama berjuang menyusun skripsi dengan dosen pembimbing yang sama. Netbuk kusiapkan dan kunyalakan, file-file yang kira-kira dibutuhkan sudah terbuka di taskbar, powerpoint dalam keadaan siap dan mengecek hal-hal kecil. Setelah persiapan kurasa sudah cukup, saatnya menunggu dosen penguji berdatangan satu persatu. Oh iya, ketua dosen pengujiku hari ini Dr.rer.nat Dedi Rosadi. Ms.C. dan 2 dosen lainnya yaitu Adhitia Ronie Efendi dan dosen pembimbing akademikku Zulaela Dipl.Med.Stat. yang beberapa menit sebelum pukul 8 dikabarkan bahwa beliau tidak bisa hadir dan meminta waktu sendiri untuk mengujiku di ruangannya pukul 11 nanti.

Jam di ruangan ujian sudah menunjukkan pukul 08.06 ketika kutolehkan kepalaku kedalam ruangan dan perasaan tegang mulai menghampiri, menunggu harap-harap cemas karena belum ada satupun dosen yang datang. Hingga akhirnya pukul 08.10 pak Adhitia Ronie datang dan mengobrol-ngobrol sebentar sembari menggodaiku mengenai status yang kutuliskan pagi ini. Ternyata beliau belum mengetahui bahwa mahasiswa yang akan diujinya pagi ini adalah diriku berhubung katanya draftku baru dieprolehnya pagi ini. WOW!! sebuah kejutan awal.

Beberapa menit kemudian pembimbing Tugas Akhirku bapak Prof. Suryo Guritno datang dan menanyakan siapa saja dosen penguji hari ini. Menunggu beberapa saat untuk kedatangan ketua dosen penguji, namun sampai 15 menit belum datang juga.Akhirnya pak Ronie memutuskan untuk memulai ujianku pagi itu tepat pukul 08.25 pagi. 

Dua puluh menit, itulah waktu yang diberikan kepadaku untuk mempresentasikan hasil jerih payahku 2 bulan terakhir. Saat presentasiku memasuki 1/4 bagian, pak Dedi Rosadi datang. Tidak ada yang aneh ataupun prasangka maupun firasat buruk akan kedatangannya. Presentasiku lancar.beres dalam 16 menit. Waktu ku kembalikan ke pak Ronie untuk memulai pertanyaan.

Sampai saat pak Ronie memberikan kesempatan kepada pak Dedi untuk bertanya."Ya, aku pasti bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya" seruku dalam hati. Namun, semua kepercayaan diri dan modal yang kupersiapkan mulai goyah ketika pertanyaan "apakah anda sudah melakukan study literatur tehadap Skripsi teman2 anda sebelumnya?" melayang dari lisannya. Dan aku menjawab dengan yakin "iya pak..sudah". Hingga saat pernyataan lanjutan "Berarti tahu kalau ini sudah ada yang pernah mengerjakan? sama persis lho mas. saya tau karena yang mengerjakan itu anak bimbingan saya. tahun 2001. dan dia lebih lengkap dari apa yang anda presentasikan" melululantahkan kepercayaan diriku dan keyakinan akan kemampuanku. Aku terdiam, pak Suryo berusaha membantu dengan menjelaskan, tapi ..semuanya sudah terlambat, TA ku pernah dibahas sebelumnya, dan bagusnya aku tidak tahu, Tema itu tidak ada di list Judul Tugas Akhir yang diedarkan, dan tidak ada juga di database perpustakaan MIPA, kenapa ini bisa terjadi? Oh Tuhan, salahku apa? batinku bergejolak berusaha menemukan solusi untuk menenangkan diri. tapi gagal, aku kalah hari ini.

Pendadaranku berhenti di situ. Saran-saran untuk memperbaiki dan menambahkan hal-hal yang menjadi pembeda serta deadline 2 minggu menjadi penutup presentasiku dan pendadaranku yang singkat.

Mungkin semua itu adalah representasi dari kejutan pagi ini yang kulihat ketika iseng-iseng menggunakan wi-fi yang tersedia di ruang sidang untuk mengakses facebook.Kembali beberapa jam sebelum pendadaran singkat itu terjadi. Pukul 7.40 sembari menunggu di ruangan berdua dengan teman yang mengantarku ke kampus, aku iseng-iseng mengecek availability signal wi-fi di ruangan sidang, dengan tujuan membunuh kebuntuan menanti. Kupulih salah satu signal dan ternyata tersambung tanpa harus log-in. Akhirnya ku putuskan untuk membuka facebook.Tanpa kusadari tindakan iseng ini akan membawaku ke penyesalan paling dalam seumur hidupku.

Awalnya semuanya biasa saja ketika ada beberapa notifikasi berkaitan dengan status yang kupublish sebelum ke kampus. Hingga akhirnya masuk ke home facebook dan menemukan up-date status dari seseorang yang cukup spesial bagiku saat ini. Sewaktu ku SMS, dia berkata "akan ku kabari kalau aku ke jogja, kamu konsen saja dulu dengan pendadaranmu". begitu katanya semalam sewaktu aku memutuskan untuk mengabarinya kabar gembira pendadaranku. Namun, pikiranku yang tenang dan positif menjadi semakin kalut ketika mendapati up-date status tersebut dan terungkap bahwa dia sudah berada di jogja sejak senin, dan tidak mengabariku. Awalnya kuberharap itu sebagai kejutan untukku, sebagai hadiahku yang telah berhasil menyelesaikan penyusunan skripsi. Namun, sampai saat ini dia belum sama sekali menghubungiku untuk menemuiku. 

Ya, sepertinya revisi yang harus kulakukan untuk tugas akhirku ini juga membawaku pada pemikiran untuk merevisi hubungan asmaraku, untuk meyakinkan bahwa hatiku dan hatinya memang satu, satu tujuan, satu pemikiran dan satu cinta. Hingga kini revisi skripsiku terbengkalai karena masih memikirkan apa kesalahan yang telah kuperbuat sampai aku harus benar-benar merevisi segalanya. cinta dan skripsi ku.

Jangan sampai lupa akan janji yang anda ucapkan, karena bisa saja ketika anda sudah melupakannya  orang yang anda janjikan masih mengingat dengan jelas kapan, dimana, bagaimana dan tentang apa anda berjanji dan menunggu untuk anda tepati

Kamis, 26 Januari 2012

Cinta itu.. perih kawan!!

Mungkin setiap orang memiliki masa dimana akan menemukan perbincangan yang benar-benar memberikan quality time buat dirinya dan orang lain. Seperti yang baru saja kulakukan dengan seorang teman yang entah mengapa bertransformasi menjadi sangat bijak malam ini. :D

Pukul 9 malam Yahoo Messenger sudah otomatis on-line ketika netbuk kunyalakan. Seperti biasanya, crusor langsung mengarah ke pojok kanan atas monitor untuk menge-klik tanda silang berwarna  merah. Ya, YM ku tutup. Mozilla Firefox dan Tweetdeck selalu berhasil menarik perhatianku dari YM. Namun, ketika tanda loading browser belum selesai berputar untuk membuka beberapa site tiba-tiba suara musik yang sejak awal menari-nari di gendang telingaku berganti menjadi nada tanda pesan dari YM. Plung.. ada pesan masuk dari teman yang ku anggap biasa saja..


 Seperti biasa, basa-basi kecanggungan mengisi baris-baris pertama jendela messenger, hingga saatnya tanpa terasa obrolan semakin serius.
"cintai apa yang engkau miliki , jangan berambisi untuk memiliki yg engkau cintai"
begitulah celotehnya ketika babak curahan hati menjadi isi perbincangan yang awalnya tidak menjanjikan itu, mengingat perdebatan akan hal-hal konyol sempat hinggap. Entah dari mana ia mempelajari kata-kata yang sangat menusuk di hati itu. Kadang kala kita para pecinta mengekang kekasih kita, pasangan kita, dengan alasan CINTA - SAYANG, tanpa kita sadari itu bukan lagi cinta, melainkan ambisi untuk memiliki.

Kadang kita lupa akan defenisi cinta itu. Tidak terbatas pada hubungan dua insan, wanita dan pria. Ikatan hati anak dan orang tuanya, guru dan murid, sampai ke persahabatan yang abadi. Bahkan rasa kepemilikan itu akan menimpa persahabatan, pertemanan. Sederhananya, ketika kita sedang masuk dalam suatu masalah, maka kita akan menempatkan sahabat kita sebagai kekuatan pendukung yang kita miliki, sampai tidak perduli apakah kita benar atau salah, mereka harus mendukung kita tanpa memikirkan bahwa dia juga punya pandangan akan sikap kita.

 "jangan lihat ke belakang, jangan lihat kedepan, lihatlah kesamping karena tanganku sedang menggandeng tanganmu"
dalam persahabatan dan hubungan asmara, kita sejajar sobat.

Kembali ke obrolan ym yang tiba-tiba menjadi serius. Kalimat-kalimat sarat makna terus saja mengalir hingga akhirnya..
lihat ke langit
hitunglah berapa bintang di langit
lalu pejamkan mata
buka mata, lalu lihat kembali ke langit
dan hitunglah bintang di langit
jika berkurang maka aku ambil untuk aku berikan ke kamu
jika bertambah maka aku sudah tambahkan bintang untuk menerangi langkahmu dan memperindah hidupmu
dan jika masih sama, maka aku sudah menjaganya supaya tidak ada orang lain yg mengambil bintang itu darimu
hm..menyentuh sekali...akan ku ingat perbincangan malam ini...siapapun kamu :D