Search it here

Tampilkan postingan dengan label Semangat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Semangat. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 Februari 2014

Lupa Rasanya menjadi nomor 1!

Nomor 1.
Semua orang ingin menjadi nomor satu, dalam berbagai hal, dalam berbagai keadaan dan dalam berbagai kondisi. Nomor satu yang biasanya identik dengan urutan tertinggi dari hasil suatu perlombaan menjadi angka yang sangat dielu-elukan. Berbagai upaya akan dilakukan untuk meraih nomor ini. Latihan yang kontinu, persiapan trik dan tips pencapaiannya bahkan sampai kepada trik-trik "kotor" untuk mencapainya.

Nomor satu, banyak orang yang rela kehilangan waktu, tenaga dan sumber daya untuk mencapainya. Lihatlah pada berbagai perlombaan, balap mobil misalnya, semua pabrikan akan merelakan dana besar-besaran untuk merekrut pembalap yang dianggap mampu merepresentasikan pabrikan dalam meraih nomor satu dalam balapan. Ajang pencarian bakat? apalagi. Tak jarang pesertanya rela kehidupan pribadinya diekspos untuk meraih polling tertinggi sehingga tujuan untuk memenangkan lomba semakin terbuka.

Aku, yang dilahirkan pada urutan ke-7 dalam silsilah keluargaku sudah sadar bahwa posisiku bukanlah nomor 1, setidaknya dalam daftar kartu keluarga. Namun, Allah memang selalu adil kepada semua umat-Nya, walau kadangkala sesekali aku masih saja mempertanyakan keadilan tersebut. Aku diberkasih kecerdasan anak rata-rata sehingga selalu bisa menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan para pendidiku lebih cepat dari teman-teman kelasku. Dan nomor 1 menjadi langgananku sejak kelas 1 Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Pun begitu dengan lomba-lomba yang kuikuti dalam rangka mewakili sekolahku baik dikancah regional maupun propinsi. Gelar pembicara terbaik pada debat bahasa inggris, juara pidato,juara paduan suara, juara marawis, juara bola voli, dan juara kelas tentunya.

Rasanya menjadi nomor satu sangatlah luar biasa. Dielu-elukan teman-teman, menjadi kebanggan orang tua, keluarga, guru dan almamater.

Namun, saat ini, di usiaku yang menginjak angka 27, aku mulai lupa bagaimana rasanya menjadi nomor 1. Dalam karir pekerjaanku aku bukanlah siapa-siapa saat ini, jangan nomor 1, nomor 2 pun bahkan sangat mustahil untuk kuraih. Dipercintaan? apalagi.

Punya pasangan rasanya memang indah, ada sosok yang bisa dijadikan sandaran minimal untuk bersenang-senang. Namun, saat diri kita bukanlah prioritas rasanya menjadi rancu. Saat teman-teman dan pekerjaan menjadi hal yang menduduki posisi nomor 1 dipikiran pasangan kita maka rasanya tak terbayangkan. Kecewa? tentu. Tapi itulah resiko hidup kawan.

Saat ini, tujuanku tak lagi menjadi nomor 1 dalam berbagai hal, baik pekerjaan, pertemanan, maupun percintaan. Melainkan melakukan hal-hal yang dilakukan orang-orang nomor satu untuk membahagiakan orang-orang yang sangat layak untuk kita nomor satukan.

"Seseorang kadang tidak mensyukuri keadaannya sekarang karena dia melihat apa yang dia inginkan Bukan melihat apa yang dia dapatkan...."



Senin, 15 Oktober 2012

Kerja??!! DILARANG ngantuk!

Rasa kantuk memang selalu berhasil menempatkan kita pada dilema terbesar dalam hidup. Saat kantuk datang tanpa di undang, dengan senang hati kita akan melayaninya dengan syarat tidak ada suatu hal atau aktifitas penting yang wajib kita selesaikan saat kantuk datang. Namun kantuk kadang berlagak sombong dengan tidak mau memenuhi undangan kita di tengah malam saat badan kita terasa sudah remuk dengan aktifitas berat seharian penuh. Segala daya dan upaya kita lakukan untuk menarik perhatiannya, tapi kantuk tak bergeming, hanya insomnia yang setia menemani kita sampai ayam berkokok.
Kantuk kadang datang tak mengenal tempat, waktu, dan keadaan. Dapat dipastikan setiap orang pasti pernah merasa kantuk menggoda jiwa saat kerjaan menumpuk di kantor, saat guru killer sedang menjelaskan rumus-rumus matematika yang menguras nutrisi otak, bahkan saat istri atau suami anda meminta jatah bulanan di tengah malam yang romantis (ehem...). Sayangnya rasa kantuk selalu datang dengan iming-iming yang indah, yang sangat amat susah kita tampik, sampai sering kita kemukan siswa yang ditegur gurunya karena menulis sambil menutup mata, melihat teman sekelas yang dilempari kapur tulis oleh dosen di kampus, bahkan melihat pekerja yang  berleyeh-leyeh ketika pekerjaannya baru separuh jalan sedangkan dateline sudah mepet.

Begitulah yang kurasakan beberapa hari terakhir.
Kegiatan bergelut dengan rasa kantuk yang datang tanpa diundang  di pagi hari dan tidak mau datang walaupun sudah kuundang dengan undangan khusus di 1/3 terakhir malam menjadi ritual wajib yang kulakukan ketika kumemutuskan menerima tawaran mengisi pelatihan olah data bagi dosen-dosen politeknik dari bumi Indonesia bagian timur. 

Rabu, 10 Oktober 2012, seharusnya aku sudah terbangun pukul 7 pagi, tapi apa lacur kantuk baru tangan menghampiriku pukul 4 pagi sehingga mau tidak mau pukul 7 kulewatkan di alam mimpi yang tidak indah pagi ini. Aku akhirnya harus terbangun ketika ada panggilan masuk di handphone ku yang datangnya berasal dari lembaga pelatihan yang menawarkan mengisi pelatihan beberapa hari sebelumnya. Awalnya aku mengira akan mendapat kabar kembira akan cairnya honorku mengajar dan membuat modul SPSS, tapi ternyata tidak. Panggilan yang kemudian kusadari dilakukan pukul 10pagi itu bertujuan tidak lain dan tidak bukan untuk mengingatkanku bahwa hari ini adalah hari dimana aku harus mengisi pelatihan yang sudah ku-iya-kan sebelumnya. Dengan suara yang diberat-beratkan aku menjawabnya sembari memberi image bahwa aku sedang melakukan sesuatu bukan tidur. Tapi sepertinya aktingku kurang bagus dan si penelepon menyadarinya dan akhirnya mengabarkan bahwa aku bisa memulai pelatihannya pukul 12 siang ini. Alhamdulillah gumamku kemudian menutup telepon dan kembali ke buaian si kantuk.
Jelang siang kuputuskan untuk bangun dan menampankan diri untuk selanjutnya menuju TKP. Pelatihan yang mulanya kuanggap hanya akan berlangsung 2 jam ternyata berlanjut sampai jam 6 sore karena peserta yang sebagian besar ibu-ibu tidak mau acara jalan-jalannya hari jum'at nanti terganggu oleh pelatihan. Alhasil aku harus pulang malam dan langsung terkapar di kasur begitu memasuki kamarku yang berantakan kutinggalkan siang tadi. Oleh karena jarang tidur sebelum pukul 12 malam, akhirnya aku terbangun dari tidur lelahku itu pukul 10 malam, hingga akhirnya kantuk tak datang-datang sampai pukul 5 pagi padahal aku harus bangun sebelum jam 7 untuk mengisi pelatihan lanjutan pukul 8 pagi ini.

Kamis, 11 Oktober 2012, akhirnya kantuk menguasai kesadaranku. Aku terbangun dan menengok ke jam tangan yang kugantung di dinding kamarku, "arghh udah jam 8 pagi" gumamku bergumul dengan rasa kantuk. "Hm... lanjutkan tidur sajalah, lupakan pelatihan itu, toh masih ada trainer lainnya" lanjutku egois kemudian kembali kepelukan gulingku yang terasa hangat. Huimph.... lega rasanya bisa melanjutkan tidur. Ternyata gumamanku tadi tidak berarti apa-apa karena ponsel ku kembali berdering dan tertulis dengan jelas dari siapa panggilan itu berasal. Ya, pihak yang memintaku mengisi pelatihan itu menelepon " Mas gempur jadi ngisi pelatihan hari ini kan?" kata suara wanita di ujung sana. " Jadi mbak" jawabku gelagapan. " Ditunggu ya mas, mulainya jam 8.30, ini sudah di tunggu" lanjutnya dengan sabar. "Oh iya mbak, ini OTW kog" seperti biasa, beralasan On The Way kurasa mampu meredakan suasana. "OK, ditunggu ya mas" tutup suara di ujung sana.

Badanku langsung kupaksa bangkit dan segera meraih handuk yang sejak kemarin belum sempat kujemur yang tergeletak di atas kursi. Aku membasuh badan seadanya, dan mungkin sepertinya aku lupa menggosok gigiku pagi ini. Berpakaian dengan cekatan dan langsung berjalan menuju tempatku menunggu bus seperti biasa. Wow, aku melakukan itu semua hanya dalam 15 menit? rekor buatku!. Untung bagiku, aku tak harus menunggu lama untuk bus yang biasa kugunakan untuk ketempat pelatihan itu datang dan mengantarku ke sana, lebih bersyukurnya lagi adalah sepertinya sopir minibus jurusan Jogja-Kaliurang ini paham betul bahwa ada penumpangnya yang sedang tergesa-gesa sehingga dia tidak mengendarai kendaraannya dengan santai dan mengabaikan tempatnya biasa ngetem.

Jam menunjuk pukul 9.15 ketika aku sampai ke hotel dimana pelatihan itu berlangsung. Oh tidak, aku telat. Langsung ke lantai 2 dimana ruangan berada, masuk ke ruangan yang ternyata pelatihannya sudah di mulai oleh trainer lainnya tapi baru mengecek tugas mandiri yang kami berikan kemarin sebelum sesi pelatihan kami tutup. Aku langsung menuju mejaku, menyalakan netbuk, menyambungkan viewer, kemudian menuju meja yang kulewati ketika masuk ruangan dan mengambil secangkir kopi hangat dan camilan untuk sejenak mengganjal perutku yang ternyata tidak diisi dengan makanan semalam. Dan bisa ditebak, sepanjang pelatihan aku hanya bergumul dengan rasa kantukku, beruntunglah aku hanya kedapatan tugas mengilustrasikan segala petunjuk yang dikatakan oleh rekanku sehingga aku bisa bersantai-santai sejenak, tanpa  harus berdiri mengelilingi ruangan sembari mengerahkan energi memberi penjelasan setiap pembahasan yang ada dalam modul pelatihana yang dibagikan.

Begitulah perjuanganku melawan kantuk beberapa hari ini. Sungguh melelahkan! fiuh

Sabtu, 29 September 2012

Penggemar Air Mata!

Tangisan..
Hal yang sangat lumrah kita saksikan sehari-hari di bumi nusantara. Hal yang menjadi reaksi akhir dari segala hal yang menghiasi kehidupan. Baik itu haru, penderitaan, kesedihan, maupun kebahagiaan. Ketika anda berbahagia, dan luapan emosi melebihi batas yang bisa jiwa dan raga anda tampung, tetesan air mata kebahagiaan akan dengan sendirinya mengalir dari kedua mata indah anda.
Tangisan..
Menjadi tidak lumrah dan biasa jika itu terjadi di mata sosok manusia bernama pria. Sosok pria yang digambarkan sebagai manusia berpostur tegap, sorotan mata tajam, dan pendirian yang teguh akan terlihat rapuh ketika tetes demi tetes air mata mengalir melewati lekukan-lekukan keras di kedua pipinya menuju rahangnya yang senantiasa membentuk kata-kata ketegasan, ketabahan, dan kekuatan yang terucap dari bibirnya.

Tangisan..
Menjadi senjata utamaku untuk melepaskan kegundahan dalam hatiku. Melampiaskan kekesalankku akan jalur hidup yang telah salah kulalui. Menggantikan keperihan yang kurasakan. Rapuh? iya. Tapi saya tidak peduli. Selama hanya Allah dan malaikat-malaikatnya yang menyaksikan tetes-tetes air mata menyuci mata dan wajahku. Sudah tak terhitung berapa banyak sesi meneteskan air mata kulalui dalam 25 tahun masa hidupku. Namun ada beberapa sesi yang benar-benar kuukir dengan jelas di ingatanku yang semakin terkuras, di benakku yang semakin tak kuat menahan perihnya kehidupan, kejamnya masa kini, dan ketidakpastian masa depan.

Tangisan haru, yang harus kutahan di depan banyak orang asing di dalam dek sebuah kapal cepat jurusan Raha-Kendari 6 tahun lalu menjadi tangisan penuh makna yang sampai saat ini kuingat dengan jelas. Ku ingat dengan jelas kebanggaan yang tersirat di raut wajah ayahku yang terlihat begitu tak tersentuhnya, ayahku yang begitu berwibawa, ayahku yang begitu berkharisma di mata kami anak-anaknya ketika melepasku untuk pergi jauh menempuh ilmu di Yogyakarta. Melihat anak laki-laki ke dua dalam keluarga pergi jauh untuk menuntut ilmu dan meninggalkan mereka di pulau nun jauh di sana. Melihat anak yang satu-satunya  berani menyeberang ke pulau Jawa yang jelas memiliki budaya yang bertolak belakang dengan tempat asal kami. Tangisku pecah saat itu, tak kuat raga mudaku melawannya. Tak kuat mental mudaku yang untuk pertama kali pergi jauh, benar-benar jauh dari orang tuaku menahannya. Tangisan itu berhasil menembus pertahananku yang rapuh, yang belum siap mengarungi kejamnya hidup sendirian di tempat yang jauh dari jangkauan orang-orang terkasih. Tapi, aku harus tetap menahan suaranya agar tidak mengganggu perjalanan orang lain. Mataku masih sembab meskipun hari telah berganti, hasil dari tangisan itu. Miss You Daddy!!
Sejak saat itu, aku berjanji untuk tidak mudah meneteskan air mata untuk hal-hal remeh temeh kehidupan yang  berupaya dengan keras dan kontinu menggerus semangatku. Hingga akhirnya, aku harus menjilat ludahku sendiri. Aku kembali menangis. Tetesan air mataku menjadi tak terbendung. Tanggul mental yang kubangun rupanya rapuh, tak berfondasi yang kuat, sehingga harus mau dilewati oleh tetesan air mata yang menjadi akrab denganku akhir-akhir ini.

Tangisan yang selanjutnya masih kuingat adalah, tangisan kebahagiaan atau ntah apalah namanya. Sebenarnya sedikit malu untuk mengakui hal ini. Sebab tangisan ini berkaitan dengan seorang  teman baru, yang benar-benar baru, datang dengan tak terduga, hingga benar-benar nyetel di hatiku dan pola perilakuku.  Tidak jelas apa yang membuatku harus menangisi sosok laki-laki bongsor, berkulit hitam dan ber-brewok ini :D. Tapi jelas, saat ini dialah sosok teman, sahabat bahkan mungkin saudara sebagaimana yang pernah dikatakannya, yang mampu memberikan petuah-petuah bijak yang kadang sangat kritis dan menohok di hati, tapi itu semua benar adanya. Tangisan itu juga terbentuk saat perpisahan terjadi, dimana saudaraku itu  harus kembali ke kota di mana dia berkuliah setelah menghabiskan masa liburannya di Yogyakarta beberapa hari. 

Awalnya, gengsiku cukup besar untuk menangisinya di saat kumengantarkannya ke stasiun tugu yogyakarta untuk bertolak ke jakarta. Tapi ketika akhirnya kuputuskan untuk meng-SMS tangisanku mulai tak terbendung. Memang, saat itu ketegaran masih mengambil alih emosiku, selain rasa malu tentunya, mengingat aku mengantarkannya bersama seorang teman perempuan dan sampai SMS berlayangan di udarapun, teman perempuanku itu masih bersamaku menghabiskan makan malam di burjo langganan dekat kosku. Namun, akhirnya ketika aku kembali ke kamar kosku yang entah mengapa mendadak terasa sepi, hampa dan terlalu luas untukku, air mata haru akhirnya menetes membasahi pipiku malam itu. 

Kerinduan akan sosok saudara laki-laki yang mau dan bisa mengayomiku, mengajarkan hal-hal baru dan benar kepadakulah mungkin yang menjadi penyebab  tangisanku malam itu terjadi. Sosok orang baru yang kukenal beberapa hari ini, mampu mengisi kekosongan itu. Jelas.  Sangat nyata, segalanya terasa hampa saat harus jauh dari saudaraku itu. Namun, Alhamdulillah tangisanku malam itu berhasil menyadarkanku akan betapa berharganya seorang sahabat, saudara. Dan sampai saat ini, hubungan persaudaraan itu masih terjalin baik dengannya, bahkan beberapa hari yang lalu aku baru saja mengunjunginya di Jakarta karena kebetulan memang aku harus ke sana untuk mengejar cita-cita masa depanku. Miss you brotha!

Begitulah tangisan menjadi solusi akan permasalahan yang kurasakan, begitulah tangisan mengisi kekosongan hatiku, begitulah tangisan menjadi luapan betapa bahagianya dan bersyukurnya diriku masih dikaruniai sosok orang-orang yang ternyata menyayangiku meskipun mereka malu untuk mengakuinya. Dan saat ini aku menjadi penggemar air mata. Alhamdulillah....


Menangislah bila harus menangis
Karena kita semua manusia
Manusia bisa terluka, manusia pasti menangis
Dan manusia pun bisa mengambil hikmah
Dibalik segala duka tersimpan hikmah
Yg bisa kita petik pelajaran
Dibalik segala suka tersimpan hikmah
Yg kan mungkin bisa jadi cobaan
(DEWA-- Air Mata)

Sabtu, 15 September 2012

What’s wrong with my Name..? (Part 1)

hupfth...
Inilah permasalahan yang sebenarnya tak ingin kubahas dalam hidupku. Kenapa...?, pasalanya sudah beberapa kali aku bermasalah dengan orang hanya karena namaku, baik itu hal yang lucu sampai ke hal-hal yang serius. Aku sudah mengalami beberapa hal yang membuatku kesal dan rasanya ingin menonjok muka orang, misalnya seperti suatu saat aku menyempatkan diri chating di fasilitas warnet gratis yang disediakan oleh kampus dengan menggunakan MIRC dan log on dengan nama yang bukan sebenarnya, karena biasanya kan juga seperti itu(heheh). Hari itu didit menjadi nama yang kukorbankan di chat kali ini, dan beberapa saat kemudian seorang cewek nimbrung dan menyapaku :
Ce   : Hallo....asl plis
aku : Halo juga.... 24 m jgj
         kamu?
        (Aku memasang usia 24 tahun biar terkesan sudah dewasa...hihihihih.)
kata-katapun berlayangan di udara, sampai pada suatu saat dia mulai bertanya.
ce    : ne nama asli atau ...???
Aku : bukan..
ce    : trus namanya spa..??
gw   : u 1st....
ce    : sita... lu..
dengan bangganya kubalas dengan kejujuran dari hati yang paling dalam "GEMPUR" ketikku di kotak chatting
ce   : hah...
aku : napa...??
ce   : kamu kok gt.
         aku kan dah ngasih taw namaku, skrg giliran kamu
         namamu siapa..??
aku : kan sudah dibilang Gempur..
ce   : jangan boong..
         serius itu nama beneran..?? ga ngarang..??
gw  : jujur 100% nama gue yang itu
ce   : gak percaya...masa namamu itu..???
aku : sumpah...tuh nama dari dulu gue dapet dari ortu gue..
ce   : jujur dong..

lantaran sudah tidak tau lagi harus meyakinkan si Sita ini dengna cara apa, akhirnya kuputuskan untuk segera log out dan meninggalkan SIC.
 
huh..mengapa....
mengapa aku harus bermohon-mohon untuk meyakinkan orang bahwa namaku adalah GEMPUR.

Bukan hanya itu. 
Ada lagi kisah yang membuatk rasanya gimana... gitu, yang terjadinya waktu aku sednag mengikuti salah satu kuliah dengan 4 SKS di pagi hari -_-. Kejadian bermula ketika si Dosen pengampu matakuliah ini memutuskan untuk menunjuk setiap mahasiswa secara random untuk mengerjakan soal-soal latihan di textbook, sampai saat ada seorang teman yang dipanggil dan kurang bisa menyelesaikan salah satu soal latihan di papan tulis. yang membuat pak dosen berkata "Ada yang bisa ngelengkapin...??" sembari menunjuk ke papan tulis di mana hasil kerjaan temanku tergores. Dan dengan bangganya kuputuskan untuk unjuk tangan dan melengkapi pekerjaan temanku itu. Kabar baiknya adalah, aku bisa menyelesaikan kekurangan dari pekerjaan temanku, dan kabar buruknya akan segera anda ketahui berikut ini saat sang dosen mulai mengambil daftar nilai.
Dosen : NIM-nya berapa mas...??
Aku    : 10877
            (ini bukan NIM yang dikarang demi blog ini, tapi ini NIM pembagian dari UGM)
Dosen : kelompok berapa ?
Aku     : sebelas pak
Dosen : oh tunggu ya.....tak liat dulu

tak lama kemudian dengan nada tidak percaya dan terkejut beliau bertanya "ini....bener namanya.. GEMPUR ..???" aku yang saat itu sudah sampai di kursiku langsung terkejut dan menjawab "Iya pak..."dengan penuh kepercayaan diri. Namun dengan santainya sang dosen melanjutkan "saya kira ini cuman nama samaran yang dikasih sama teman-temannya.. eh ternyata nama asli toh..." dengan wajah yang terlihat manis-manis gimana gitu. Aku kemudian tersenyum dengan tampang manis yang dipaksakan yang jika diperhatikan seperti orang yang sedang menge-den sambil berkata " iya pak, itu nama saya.." dan ternyata itu tak membuatnya berhenti dari keheranannya "wah saya kira kemarin itu singkatan dari namanya.. Gerhana Purwanto, eh ternyata bukan.."

huah..haha........
kelas kemudian dipenuhi gemuruh tawa nan membahana memenuhi jagat raya alam semesta yang semerbak bunga. sementara aku hanya bisa tersenyum simpul sambil menahan rasa stres dan malu.

mengapa oh mengapa  sedikit orang yang percaya dengan namaku ? Apa yang salah dengan nama GEMPUR? bukankah itu unik? menarik? langka? tapi apapun itu, namaku adalah namaku. Yang merupakan harta terbesar pertama yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Tak peduli mereka tak percaya, tapi itulah namaku yang indah menurutku, dan dengan bangga ku umumkan bahwa namaku adalah..

GEMPUR........SAFAR...
HUAHAHHAHAHHA,.AHA.AAHAHAA

Kamis, 13 September 2012

3 kali Pendadaran?? Siapa kapok???

Oke, catatan hari ini mungkin akan menyemangati anda-anda yang sedang bergelut dengan tugas akhir atau skripsi atau mungkin juga tugas kantor yang terimpit oleh dateline yang menggerus kesabaran, konsentrasi dan emosi. Tapi jangan sampai justru sebaliknya ya :D

Pendadaran atau ujian meja atau ujian akhir skripsi merupakan suatu keadaan yang penuh ketegangan, ketakutan dan trauma akan pembantaian masal (santai bero, bukan pembunuhan fisik tapi mental) terhadap korban sebut saja bunga mawar atau bunga melati a.k.a mahasiswa yang mempresentasikan hasil jerih payahnya selama beberapa bulan atau mungkin tahun atau bahkan kalau beruntung hanya beberapa minggu seperti yang pernah saya lakukan pada pendadaran pertamaku di hadapan sekelompok dosen penguji yang mungkin lebih mirip penjagal di rumah-rumah potong hewan di mata korbannya :D. Biasanya, mahasiswa tingkat akhir akan mati-matian berusaha untuk melalui fase ini -pendadaran- dalam sekali tampil. Namun kadang tak jarang yang harus kembali menghadapi kumpulan dosen berparas mr. sattan atau inspektur vijay untuk kedua kalinya karena berbagai alasan akademik, entah si mahasiswa terlihat gugup sampai lupa bahan skripsinya, salah mutar presentasi, salah nganalisis data, salah menggunakan metode penellitian, penelitian atau tema yang diangkat sudah pernah ada sebelumnya, dugaan plagiasme, sampai kepada mood dosen penguji yang sedang tidak baik.
Segala usaha pasti akan kita upayakan agar keadaan seperti ini hanya kita lalui satu kali seumur hidup. Tapi setiap usaha pasti ada kemungkinan untuk gagal bukan? dan setiap kali gagal  kita harus bisa bangkit kembali. Begitu kata orang-orang bijak terdahulu.

Sebagaimana telah saya ceritakan sebelumnya, sekitar 5 atau 6 bulan yang lalu langkah pertama untuk menyelesaikan studiku yang amburadur ini kumulai. Pada percobaan pertama, kepercayaan diriku membucah ketika tema skripsi dengan judul ke-5 ini akhirnya di ACC oleh dosen pembimbingku untuk segera kupertahankan di depan 3 dosen penguji yang lumayan mengenalku bukan karena citraku yang cerdas melainkan sepak terjangku yang terlalu lama di kampus ini. Namun sayang seribu sayang usaha pertamaku ini hanya berakhir sampai periode dimana aku selesai mempresentasikan hasil penelitianku. Proses tanya jawab yang seharusnya terjadi setelah presentasiku terhenti oleh pertanyaan dan pernyataan bahwa apa yang kukerjakan ini sudah pernah ada yang membahasnya sebelumnya.

Selanjutnya, usaha dan perhatianku kupusatkan untuk mencari tau wujud skripsi yang menjadi batu sandungan besar dalam perjalanan penyelesaian studyku yang amburadur ini. Bolak-balik perpustakaan FMIPA UGM kulakoni berminggu-minggu ditengah sengatan terik matahari yang semakin lama semakin menyengat di langit jogja, mencari jejak nama penulis skripsi tersebut di media sosial, baik milis yahoo, facebook untuk mencari tahu kontak yang bersangkutan guna mengonfirmasi bagian mana yang menjadi kesamaan dari skirpsi yang kami tulis, namun semuanya tidak membuahkan hasil apapun untuk perkembangan revisiku saat itu. Mutung, menjadi langkah lanjutan sebagai akibat dari usahaku yang tidak membuahkan hasil.


Semangatku kembali bergejolak ketika periode wisuda mei telah terlewati. Jari-jemariku kembali bersemangat mengetikan kalimat-kalimat di Bab-bab tugas akhirku hingga dalam waktu 3 minggu segalanya terselesaikan dengan tambahan satu metode baru dalam skripsiku. Namun, karena kecerobohanku dan keterburu-buruanku, aku sampai lupa untuk memastikan apakah metode tambahan ini juga belum masuk kedalam skripsi yang dinyatakan sama tersebut ke dosen yang mengkritiku saat ujian pertama. Alhasil, di ujian pendadaran kedua, aku hanya sempat menjelaskan 1/3 isi presentasiku hingga sampai forum itu dibubarkan dengan kesimpulan aku harus kembali mengulanginya lagi.


Saat itu juga batinku mulai berkata," jangan sampai ini menghentikan usaha seriusku untuk lulus tahun ini". Selepas para dosen penguji dan pembimbingku meninggalkan ruangan, aku bergegas mengejar dan menghampiri dosen yang menyatakan bahwa teoriku sudah pernah di bahas dan ada di diktat kuliah yang dibuatnya, untuk meminta saran apa yang sebaiknya kulakukan untuk mengatasi masalah ini dengan tidak harus mengganti tema yang berarti mengulang lagi semua tahap dari awal. Langkah yang seharusnya ku lakukan sejak percobaan pertama gagal. Akhirnya solusi kuperoleh dengan memasukan 2 metode baru kedalam apa yang sudah kuselesaikan sebelumnya dan membandingkan ke-empat metode berbeda tersebut. Tiga minggu waktu yang cukup untuk menyelesaikan skripsi ini.

Setelah merasa cukup yakin dengan apa yang kulakukan, akhirnya tanggal 14 agustus 2012 menjadi tanggal ke-3 dimana aku harus mempertahankan hasil kerjaku di hadapan 3 dosen penguji yang susunannya telah berganti karena salah satu dosen harus ke Australia mengunjungi istrinya dan yang satunya sepertinya sudah mudik ke jawa barat (inget sekarang lagi bulan Ramadhan).

Pagi itu, kuberangkat dengan jalan kaki dari kos-kosanku yang berjarak kurang lebih 1 kilometer dari kampus dengan penuh semangat dan tidak membawa bala bantuan untuk menyaksikanku dibantai pagi ini. Sesampaiku di kampus,kakiku langsung kulangkahkan menaiki anak-anak tangga yang sudah sangat sering melihatku naik-turun gedung berlantai 3 ini. Ruang sekertariat Prodi menjadi tujuanku untuk memastikan ruangan mana yang akan kupakai untuk ujian kali ini. Tak satupun dosen penguji hadir lebih awal, aku harus menunggu 20 menit untuk masuk ke dalam ruangan dan memulai presentasiku. Berjajar dari kiri ke kanan, di hadapanku sudah duduk 3 dosen penguji secara berturut-turut, ibu dosen muda yang karakternya belum kuketahui cukup banyak karena hanya sekali mengambil mata kuliah yang diampunya, di susul Kepala Program Studi Statistika saat ini yang sudah diketahui reputasinya sebagai salah satu dosen yang lumayan usil dalam mendadar mahasiswa, yang juga merupakan dosen yang menyarankanku untuk segera mendaftarkan diri di ujian ke-2, dan terakhir sosok dosen senior bersahaja yang merupakan dosen pembimbing akademikku. Dari ketiga dosen itu, hanya dosen kedua lah yang menurutku cukup memahami isi dari skripsiku, sedangkan 2 lainnya memiliki minat yang berbeda.

Presentasiku berlangsung 20 menit, dan  langsung di sambut dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurutku tidak selayaknya lagi dipertanyakan karena sudah jelas ku paparkan dalam BAB IV dari skripsiku dan kusimpulkan di BAB V. Namun karena ini pendadaran maka mau-tidak mau semua pertanyaan kujelaskan juga, meskipun ada beberapa yang tidak mengundang kepuasan dari dosen yang menanyakannya. Sesi tanya jawab hanya berlangsung sekitar 40 menit yang berarti pendadaranku hari ini hanya memakan waktu 1 jam dari 2 jam yang disediakan. Kemudian ketiga dosen memintaku untuk meninggalkan ruangan sejenak untuk berunding mengenai status kelulusanku berdasarkan ujian pendadaran yang baru saja  kulakukan. Tak sampai 5 menit, aku sudah diperbolehkan kembali memasuki ruangan dan langsung mendengarkan kata yang memang sudah kuprediksi " Mas, gempur.. setelah memperhatikan presentasi anda, kami selaku dosen penguji menyatakan anda LULUS dengan perbaikan dari pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab." kata dosen pembimbing akademikku. "alhamdulillah, terima kasih pak" sahutku.

Oke, akhirnya  perjalananku di Statistika UGM berakhir hari ini. Alhamdulillah.. alhamdulillah.. alhamdulillah.

Jumat, 07 September 2012

Mahasiswa Ambang Batas

Kalau ditanya pengen lulus gag sih?? tentu saja jawabannya iya. Namun, jangan pernah tanya kapan kata lulus itu akan dicapai.

Semester ini adalah semester keempat dimana Tugas Akhir mengisi salah satu baris  di KRS-ku, dan sangat besar harapanku untuk segera mengakhirinya semester ini  juga.  Ntah kenapa kuliahku di salah satu Universitas  ternama ini tak kunjung selesai, padahal prestasi belajarku tidak jelek-jelek amat. Dibilang mengeluh, ya saya  mengeluh, walaupun banyak sekali petuah-petuah yang melarang untuk mengeluh, tapi itu manusiawi bukan??

Semester ini sempat membawa angin segar ketika tema yang cukup mudah, dan memang saya memutuskan untuk mengambil tema yang mudah-mudah saja untuk ku bahas sebagai tugas akhir, telah kutemukan dan selesai kususun dalam 3 minggu. Bayangkan, dalam 3 minggu Tugas Akhirku selesai. Melihat kerja kerasku yang benar-benar serius untuk setidaknya membuat ibu-bapak ku bisa berhenti memberikan penjelasan kepada tetangga ketika pertanyaan, “si gempur udah lulus  belum??” terlempar dari lisan-lisan mereka ada kebahagiaan yang sempat menyinggahi lubuk hatiku, “aah… akhirnya bisa segera menyelesaikan studi yang alot ini”


Sampai saat kuputuskan untuk menghubungi Dosen Pembimbing Tugas Akhir melalui SMS untuk  mengatur jadual pertemuan untuk membicarakan tema Tugas Akhirku yang  berujung tidak dibalasnya SMS ku. Awalnya sedikit kecewa karena SMS untuk mengatur jadual pertemuan tidak mendapat respon dari Dosen Pembimbing kedua setelah kuputuskan mengganti dosen di semester ke-3 kumengambil Tugas Akhir, namun semangat tuk mengejar Wisuda Sarjana bulan November 2011 semakin mendorongku untuk menemukan jalan keluar, hingga akhirnya kuputuskan untuk menemui sang dosen di ruangannya secara langsung pada pagi hari dengan berbekal bahwa beliau ada jadual mengajar siang harinya. Dan Alhamdulillah, berhasil bertemu.

Pagi itu adalah pagi kedua saya memasuki ruangan kantor salah satu dosen yang cukup senior di kampusku itu, setelah sebelumnya beliau sempat bingung akan status kemahasiswaanku. “hm.. mahasiswa S2 mas??” begitu katanya ketika melihatku memasuki ruangannya seminggu yang lalu. hmm,, rupanya studi yang melelahkan ini telah menguras ketampananku.

Kusodorkan juga draft Tugas Akhirku kepadanya, dan beliau cukup kaget ketika melihat draft iu sudah lengkap dari BAB I sampai BAB V, mengingat seminggu sebelumnya hanya BAB I yang ku serahkan sebagai bahan pertimbangan beliau mengenai temaku. Batinku mulai melafalkan bernagai do’a dan harapan agar draft tersebut di ACC dan dibolehkan untuk lanjut ke tahap Ujian Pendadaran yang begitu meneganggang menurut versi teman-temanku  yang sudah berhasil melaluinya. Badanku tegap di seberang meja dimana sang Dosen  duduk, dan beliau mempersilahkanku untuk duduk, karena katanya beliu hendak membaca dahulu isi draft-ku. Kursi tamu di ruangan itu menjadi saksi betapa tegangnya diriku menghadapi hari itu dan bertambah tegang ketika akhirnya sebaris kalimat pertanyaan terucap dari lisan dosenku.

Ya, seperti yang sudah dikatakan teman-temanku. Bapaknya akan menanyakan hal yang cukup abstrak untuk dimengerti oleh mahasiswa yang ditanya olehnya. ‘tenang pur..tenang..’ begitulah batinku berkata ketika mendengar kalimat yang kucoba pahami dari sudut pandang yang sederhana untuk selanjutnya kujawab dan kujelaskan sesuai yang ku ketahui dari buku-buku yang kujadikan pedoman penyusunan Tugas Akhir ini.

“Bukan..bukan begitu maksud saya…” kalimat itu tiba-tiba meruntuhkan kepercayaan diriku yang dengan susah payah kubangun pagi itu. kembali lagi aku mencoba menjelaskan dengan bahasa yang sederhana yang memang dituntut oleh sang dosen, namun tak kunjung bisa memuaskan pertanyaan dari beliau. sampai akhirnya sedikit gaduh, ketika saya sedang berusaha menjawab, bapakny juga kembali bertanya disaat yang bersamaan. Beruntung, sekali lagi dengan menggunakan apa yang kudengar dari teman-temanku bahwa kata ‘Ya Pak!’ adalah senjata ampuh untuk mengakhiri kemelut pertanyaan bertubi-tubi yang dilontarkan oleh sang dosen.

Sampai akhirnya hatiku takluk juga ketiga beliau berkata, apa yang kulakukan untuk Tugas Akhirku adalah SALAH! dari segi metode maupun cara penyelesaian permasalahan yang kuangkat sebagai tema. Kecewa?? ya, tentu saja. Siapa orang di dunia ini yang tidak kecewa ketika hasil kerja kerasnya dinyatakan SALAH?!


Pertemuan itu adalah pertemuan terakhirkku dengan sang dosen untuk membahas Tugas Akhirku yang kemudian mengubur harapanaku untuk Wisuda pada bulan November 2011, karena setelahnya kuputuskan untuk menenangkan hatiku selama seminggu dan kemudian memutuskan untuk menemui sang dosen kembali. Namun, ketika hatiku sudah siap, beliau harus dirawat inapkan di Rumah Sakit selama beberapa hari dan bed rest beberapa minggu di rumah karena penyakit darah tinggi nya menyerang. begitu yang kudengar.

Dan sampai saat ini belum ada perkembangan terbaru mengenai masa depan tugas akhirku dan status S.Si yang akan menempel di namaku. Sangat besar harapanku untuk menyelesaikannya bulan ini,mengingat kejenuhan yang mulai menggerogoti semangatku.


rebloged from : gesaf.wordpress.com on nov 14th

Kamis, 05 Juli 2012

AYO ke Perpustakaan!!

Postingan ini bukan berisi ajakan ke perpustakaan, BUKAN!.

Berawal dari kemalasan menghabiskan waktu dikos-kosan yang kian menjenuhkan, akhirnya kuputuskan untuk mandi dan melangkahkan kaki sejauh mungkin, dan kali ini sasarannya adalah Perpustakaan FMIPA UGM dengan tujuan sih untuk menyelesaikan pengerjaan studi kasus Skripsi yang terbengkalai beberapa bulan setelah diberi waktu 2 minggu untuk merevisi. Itu ceritanya lho ya.. kenyataannya nanti juga anda tahu, atau mungkin sudah ada yang bisa mennebak bagaimana akhirnya? :D

Lengkap dengan tas slempangan kecil berisi netbook, keyboard dan draft skrispsiku yang belum direvisi, kakiku kulangkahkan menuju ke arah selatan keluar dari kos, kemudian sendowo dan menuju gedung Kampus Selatan FMIPA UGM dimana si perpus yang menjadi target sasaran berada. Belum cukup setengah perjalanan benakku berkata, "yakin lo ke perpus siang-siang gini saat orang lain pada ujian?". Ya, memang sepertinya ke perpustakaan siang bolong seperti ini disaat yang lain sedang mengikuti ujian akhir itu sangat tidak sopan (alasan yang spektakuler mengada-ada).

Seketika itu juga aku langsung teringat salah satu teman yang kemarin sempat berbincang-bincang di kantin kluster FMIPA Utara.  Masih segar di otakku yang mulai layu ini ketika komplainku melayang menyerangnya yang memblok panggilan telepon yang kulakukan ke handphonenya beberapa saat yang lalu yang kemudian ditangkisnya dengan alasan bahwa dia sedang berada di perpustakaan sehingga menyetel untuk menolak semua panggilan masuk di hapenya (hapenya canggih banget dah kalau dibandingkan dengan hapeku -__-'). "Nah, bisa diajak ngubeg-ngubeg perpus baru nih" benakku berkata yang disertai dengan gerakan tangan merogoh handphone di saku celana untuk menelepon si korban. And guess what? automatic rejected! AHA.. dia sedang diperpustakaan ternyata. Akhirnya ku SMS juga dirinya dan kemudian janjian untuk bertemu di depan gedung perpustakaan baru yang baru jadi dan baru pertama kali kuinjaki dengan kakiku. 


Mengingat rute jalan kakiku sudah salah arah yang semula menuju ke selatan dan sekarang harus ke utara, maka kuputuskan untuk pertamakalinya menggunakan jasa sepeda kampus yang kebetulan ada di sekitar kampus Selatan FMIPA UGM. Ok, saatnya menguji kemampuan bersepada yang baru kulancarkan beberapa minggu terakhir ini. Jalan kaliurang yang ramai siang ini menjadi tantangan pertama, dan berhasil lolos, walaupun celanaku harus terkena sadel sepeda yang sesekali terlepas dari pijakan kakiku lantaran jok sepedanya yang terlalu pendek (dan kabar baiknya saya tidak menyadari kalau jok sepeda kampus ini bisa dinaikturunkan -__-). Kemudain jalur GSP dan memasuki area shelter sepeda kampus yang berada di sebelah timur perpustakaan baru UGM. Dan bertemulah dengan temanku itu di depan gerbang masuk perpustakaan yang ternyata ketika kumenelepon tadi dia sedang bernostalgia dengan dosen pembimbingnya.

Masuklah kami kegedung baru perpustakaan ini. Dan karena ini merupakan pengalaman pertamaku memasuki gedung baru ini, maka aku hanya mengekori temanku dari belakang  bak bebek gembala yang mengikuti si gembala. Kesan pertama  yang muncul adalah wow perpustakaannya baru ( ya iyalah baru....) gedungnya lebih bersih (modern jika dibanding perpustakaan yang menggunakan bangunan peninggalan perjanjian kolombo) dan tata letaknya yang lumayan rapi.

Namun, selidik punya selidik setelah menggunakan berbagai fasilitas yang ada, akhirnya saya menemukan beberapa hal yang perlu jadi pertimbangan sebelum ke perpustakaan ini.
  • Belum ada penunjuk arah untuk memberitahukan kepada pengunjung berada dimana toilet, mushola, kantin dll pada gedung yang luas ini
  • Mushola ada di lantai 2, jadi kalau mau sholat dan sedang berada di ruang baca lantai 1 kudu naik ke lantai dua (dan jamin bisa nyasar dulu kalau gak nanya-nanya)
  • Toilet, khususnya toilet pria di depan pintunya tidak ada penanda kalau itu toilet pria (harus pake insting), kemudian pintu pembatas antara washtafel dan tempat pipis berdiri cowok engeselnya udah lepas (ini gedung baru jadi berapa bulan lhooo, kog udah maen rusak aja, destroyer emang dimana2 ya) dan sebelum keluar toilet jangan lupa membaca peringatan untuk hemat listrik (sebelum meninggalkan ruangan ini harap mematikan AC, keran air, komputer, lampu) sejak kapan ada komputer dan AC di toilet??
  • Gedung perpustakaan baru ini ternyata tidak 100% baru sebab ada sebagian gedung lama yang kemudian diintegrasikan dengan gedung baru ini.
  • Signal wi-fi full bar tapi buat ngirim tweet aja butuh loading 4 menit agar terkirim -__-
  • Ada kantin kecil di lantai dua tepat depan tangga turun-naik sebelum ke mushola, dan kuenya enak-enak. catet!
  • Disedikana komputer beserta internet gratis, meja untuk pengguna laptop pun disediakan colokan listrik untuk mengecas baterai laptop (biar gak pada nyolong listrik kali ya)
  • Di ruang baca sayap (utara bagian timur) ada lift tapi ditempelin tulisan "STAF ONLY" warna merah dan di BOLD CAPSLOCK!

demikianlah observasi perpustakaan dadakan hari ini. perlu dicatat postingan ini kupublish dan kutulis di ruang baca dengan menggunakan netbuk dan jaringan wi-fi perpustakaan, ^_^. Selamat membaca!


 

Senin, 02 Juli 2012

Semangat itu.....

Menjadi bersemangat dan memiliki semangat yang menggebu-gebu dalam melakukan berbagai hal yang kita sukai bahkan yang ditargetkan kepada kita merupakan suatu hal yang mutlak ada dalam benak kita ketika kita hendak memulai aksi. Namun, mengumpulkan semangat hingga tersedia begitu banyak di raga kita tidaklah semudah yang dikoar-koarkan oleh berbagai pihak yang senantiasa setia mendukung kita untuk tetap bersemangat menjalani hari.

Semangat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah roh kehidupan yg menjiwai segala makhluk, baik hidup maupun mati (menurut kepercayaan orang dulu dapat memberi kekuatan) dst. Begitulah kira-kira gambarannya, karena sampai saat ini pun saya dan mungkin anda juga masih sukar untuk menjelaskan setiap kata yang terdengar dan terucap dengan mudah hampir setiap hari namun tak semudah itu untuk mengungkapkan maknanya secara harafiah.


Semangat, satu kata yang sangat gampang diucapkan dan susah untuk didapatkan.

Begitulah kiranya yang kurasakan saat ini, Semangat untuk  mengejar target yang sudah benar-benar dekat dengan garis batas yang akan memupuskan segala usaha yang sudah kubangun selama ini belum juga datang. Tapi, kita tidak harus menunggu bukan? begitulah kata mereka dan kata hatiku ketika aku masih berkutat dengan kemalasan dan pemikiran akan penyebab-penyebab yang sampai saat ini masih menguras energi dan emosiku. Semangat tidak akan datang dengan sendirinya memenuhi segala sendi kehidupan kita. Semangat tidak akan dengan suka rela mengisi sensor-sensor motorik kita untuk bergerak maju menghadapi kerasnya hidup. Semangat sangat sombong, Butuh usaha yang benar-benar keras dan kontinu untuk menaklukannya.

Bangunlah ketika yang lain sedang tertidur. Berjalanlah ketika yang lain sudah bangun. Berlarilah ketika yang lain sedang berjalan. Dan terbanglah ketika yang lain sedang berlari. Dan ketika yang lain terbang maka saya telah sukses!
Saat ini kiranya semangat sudah mulai luluh melihat kegigihanku yang pasang surut dalam mengakhri polemik pendidikanku yang semakin amburadur kuperbuat. Terlalu memikirkan orang lain, terlalu memikirkan image yang orang refleksikan terhadap segala tindakan kita dan terlalu nyaman berada di comfort zone yang sekian lama membuat rasa malas dan enggan untuk beranjak kian menjadi shield yang menutup pintu untuk semangat masuk mengisi ruang hampa adalah faktor-faktor yang kurasa sangat membantuku dalam menghilangkan semangatku untuk maju dan berkembang :D.

Mungkin semua orang akan menyalahkan orang lain dan faktor-faktor di luar dirinya sebagai penyebab kegagalannya mencapai target yang diinginkannya dalam hidup. Begitupun saya, tetapi semenjak bertemu dengan sosok driver taxi yang kuajak mengobrol ketika menempuh perjalanan dari kos menuju bandara Adi Sutjipto Yogyakarta beberapa hari yang lalu, pemikiranku yang amat sempit dan terkungkung rasa malas menjadi sedikit terbuka bahwa sebenarnya "DIRI KITA SENDIRILAH YANG MENJADI LAWAN KITA UNTUK MERAIH SUKSES!". Saat itu perkataan itu melayang begitu saja di dalam kabin mobil sedan berwarna biru yang melaju di siang yang terik. Tetapi, ketika hatiku benar-benar mulai penat dan lelah menjalani hidup  yang monoton, perkataan itu kembali terngiang, dan ternyata benar adanya bahwa "lawanku saat ini adalah diriku sendiri, bukan siapa-siapa, bukan lingkungan, bukan teman-teman apalagi mereka yang tidak senang melihatku berhasil"


Jadi, demi melawan diri sendiri usaha yang dilakukan haruslah lebih besar. Karena, hal yang harus kita taklukan adalah diri sendiri yang mengenal dengan baik siapa kita dan bagaimana menaklukan kita dengan menghalang-halangi laju semangat masuk kedalam sendi-sendi kehiupan.

Ada beberapa hal yang dapat membangkitkan semangat hidup, antara lain:
1. Tahu apa hakekat sebenarnya hidup ini.
Banyak orang yang tidak tahu apa sebenarnya hakekat hidup ini. Untuk apa kita hidup? Untuk apa kita ada di dunia ini? Memang butuh perenungan yang dalam untuk menemukan jawaban pertanyaan seperti itu. Jika kita menyadari hal ini, tentu kita akan memiliki semangat untuk mengerjakan semua pekerjaan dan urusan kita dengan cara yang terbaik. Satu hal yang penting dan tidak boleh dilupakan adalah niat, karena niat akan menentukan nilai amal/perbuatan kita.
2. Tahu cita-cita hidup kita yang tertinggi.
Semua orang memiliki impian atau cita-cita, namun hanya sedikit yang berani mengejar dan mewujudkannya menjadi sebuah realitas fisik. Banyak orang kehilangan semangat dalam hidupnya hanya karena mereka tidak tahu atau tidak mau tahu akan apa yang sebenarnya yang mereka mau. Apa yang sebenarnya yang mereka inginkan. Kebenyakan orang hanya menjalankan hidup ini sebagai sebuah rutinitas. Dengan sedikit kenyamanan yang mereka rasakan maka berhenti sampai di situlah impiannya. Mereka takut membuat sedikit perbedaan karena khawatir kenyamanan itu akan hilang.
3. Bersyukur terhadap apa yang sekarang kita miliki dengan tulus.
Dengan mensyukuri semua yang ada pada kita saat ini, itulah sebenarnya sumber semangat kita. Kita akan sadar bahwa Tuhan sebenarnya sangat sayang kepada kita. Banyak sekali nikmat yang sudah kita rasakan, sementara lebih banyak lagi orang yang nasibnya tidak seberuntung kita. Ada pun sesuatu yang kita inginkan yang belum kita miliki, itu adalah kesempatan bagi kita untuk berikhtiar semampu kita untuk mendapatkannya. Jangan pernah kecewa, apalagi putus asa.
4. Yakin bahwa apa pun yang kita lakukan akan mendapat balasan, baik di dunia maupun kelak di akhirat.
Setiap perbuatan kita pasti akan ada efeknya. Kita tersenyum kepada orang lain maka orang lain pun akan tersenyum kepada kita.
Setelah kita tahu bahwa apa pun yang kita lakukan akan menimbulkan akibat, baik langsung maupun tidak langsung terhadap diri kita, maka kita harus memilih hanya untuk berbuat yang baik, positif, bermanfaat dan bernilai saja. Dengan demikian, bisa dipastikan efek yang akan kembali kepada kita juga hal-hal yang baik. Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini jika kita tahu benar apa yang kita lakukan. Waktu kita adalah aset terpenting setelah nafas/oksigen maka kita harus mengisinya dengan gerak/aksi/perbuatan yang jelas manfaatnya. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Jadi semuanya pantang sia-sia. read

so, what do you waiting for? start right now, right here!