Search it here

Tampilkan postingan dengan label Kedewasaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kedewasaan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 13 April 2013

Lonelly,...

Tiba-tiba merasakan kesendirian, bukan, kesepian lebih tepatnya. Masa dimana aku benar-benar sendirian mengisi keseharian di sekeliling orang-orang yang benar-benar baru di daerah yang benar-benar berbeda jauh dengan Jogjakarta, kota di mana kumenempuh pendidikan selama 6 tahun.

Egois memang ketika banyak wajah-wajah baru menyeringai menyimpulkan senyuman di sekitar kita seolah ingin mengabarkan kepada hati kita bahwa kita tak sendiri, kita tetap saja merasa sendiri, sepi, kesepian.

 

Perasaan yang wajar adanya dirasakan oleh mereka yang baru meninggalkan tempat lama yang penuh kenangan, termasuk aku. Jauh dari kedua orang tua nun jauh di sana, meninggalkan keindahan jogja dan kenangan-kenangannya untuk menempuh hidup baru, dunia kerja yang sangat jomplang dengan kesantaian selama menempuh perkuliahan di kota Medan yang budayanya sangatlah bertolak belakang dengan Jogjakarta. Wajah-wajah baru yang menggairahkan semangat untuk menunjukkan kapasitas diriku, keadaan masyarakat sekitar yang 100% beda dengan lingkungan mahasiswa dulu.

Aku, disaat pekerjaan mulai menguras waktuku untuk sejenak beristirahat, masuk kantor setiap senin sampai sabtu dimulai pukul 8.30 sampai 17.00 akhirnya menemukan titik dimana aku butuh tempat untuk bercerita. Sosok untuk berbagi keluh kesah. Awalnya, telepon dan SMS merupakan solusi tersepat dan terealistis yang dapat kulakukan untuk sejenak mengusir rasa kesendirianku ini. Hampir semua daftar nomor telepon di phone book HP ku panggil, namun terkadang hanya berujung deringan yang diakhiri dengan tanda sibuk. Ya, awalnya kumerasa "apa susahnya sih sekedar mengangkat telepon?" namun akhirnya kumenyadari bahwa masing-masing orang memiliki masalahnya sendiri-sendiri dan kesibukan serta dunia masing-masing. Hanya beberapa panggilan yang berhasil mendapatkan sambutan, walaupun akhirnya aku mengurungkan niat untuk sejenak bercerita dan berbagi keluh kesah karena terkadang tidak semua orang cocok dan mau untuk menampung uneg-uneg dan keluh kesah yang kita miliki. 

Untung buatku, masih ada beberapa teman yang mau dan siap memberi masukan agar aku semakin kuat melalui hari-hari baruku di sini. Walaupun sebenarnya hanya lewat chatting di Facebook atau Yahoo Messenger. Susahnya beradaptasi dengan lingkungan kerja yang jauh dari kata disiplin hingga masalah ketidaksukaan akan cara orang lain menyelesaikan masalah pekerjaan yang justru membuat masalah baru untuk ku. Egois memang ketika aku menyampaikan segala keluh kesahku tentang orang lain dan interaksiku dengan mereka tanpa tahu latar belakang mereka secara detil. Tapi bukankah suatu kewajaran ketika kita berada di suatu lingkungan baru akan timbul perasaan-perasaan susah beradaptasi?

Terkadang aku merasa terlalu banyak mengeluh akan hal-hal yang kulalui dan kualami dalam kehidupanku, tapi itulah aku, manusia yang berkarakter lemah dengan casing yang kokoh ibarat kaum mollusca yang berhasil menyembunyikan betapa rapuhnya sosok sebenarnya dari diri mereka dibalik cangkang yang yang kokoh.


 

Senin, 07 Januari 2013

Great 25!

Seperempat abad, itulah usiaku saat ini. Ya, tepatnya 3 hari lagi akan berganti menjadi 1/4 abad +1 tahun. Banyak hal yang menyelimuti dan mengiringi perjalanan usia 1/4 abad ini. Kisah sedih, bahagia, haru bercampur dan bergantian secara berkala mengisi hari-hariku di Jogjakarta.

Tidak ada yang spesial memang. Tapi setidaknya hal-hal yang akan kusebutkan ini telan menjadi batu pijakan bahkan mungkin sandunganku untuk meraih cita-cita dan mimpi-mimpi kehidupanku yang kugantungkan tidak begitu tinggi.

1. Patah Hati
Kekanak-kanakan memang, bahkan kalau orang apatis akan menyebutku labil dalam emosi. Tapi tanpa mengurangi penghargaanku kepada perasaanku sendiri, patah hati tidak ada salahnya bukan? Satu yang perlu diluruskan adalah paradigma orang lain mengenai patah hati yang melulu pada sebab asmara atau hubungan dengan lawan jenis, sampai-sampai mereka mengesampingkan pentingnya hubungan dengan teman, sahabat, kerabat dan keluarga. Patah hati pertamaku di usia 25 tahun adalah ketika kesungguhanku untuk menjali hubungan asmara dengan seseorang kandas hanya karena yang sampai saat inipun tidak kuketahui. Ironis. Hal ini sampai terus membayangiku dalam keseharian. Sehingga aku memutuskan untuk tidak pernah lagi ketempat di mana kejadian menyedihkan dan mengecewakan itu terjadi.

Satu hal yang bisa kupelajari dari hal ini. Tidak semua orang mau mengakui dan menyadari dengan benar akan keadaan ini "Patah Hati". Bahkan ada diantara mereka yang mati-matian menyembunyikan hal ini dari jangkauan orang lain sampai-sampai membuat mereka tidak dapat beranjak jauh dari hal tersebut. Patah hati tidak sememalukan itu kog sob!
 
2. Menyadari siapa kawan dan siapa lawan sebenarnya 
Dalam hidup, semua orang pasti punya teman, bahkan mereka yang anti-sosial sekalipun. Namun, menemukan teman yang sejati, teman yang benar-benar paham siapa diri kita dan siap menerima segala resiko dari pertemanan yang kita jalani sangatlah sulit. Ibarat mencari jarum di tumpukan jerami, walaupun warnanya jelas berbeda, tapi tetap sulit untuk menemukan jarum yang berkilau jika terkena cahaya. Begitulah juga dalam mencari teman, apalagi teman hidup :D. 
Jangka waktu yang lama tidak menjadi jaminan bahwa pertemanan itu tergolong sejati. Karena tidak jarang terjadi mereka yang terlihat sangat bahagia dalam pertemanannya berbalik menjadi musuh bebuyutan yang abadi sepanjang masa. Tapi itulah proses hidup man, dan itulah juga proses hidup yang kulalui.
Menemukan siapa sebenarnya sosok yang bisa kupercaya untuk mencurahkan hal-hal yang tidak bisa kubagikan dengan bebas ke sekumpulan teman. Egois memang, tapi begitulah adanya. Kita punya hak untuk menentukan siapa saja yang dapat kita percayai. Perbedaan kultur dan budanya yang membentuk kepribadian serta lokasi yang sangat berbeda membuat aku sulit menemukan sosok ini. Bahkan tak jarang konflik-konflik yang cukup kekanak-kanakan sering terjadi.
Tapi sekarang, di usia 25 tahun akhirnya aku menemukan siapa mereka. dan semoga itu kamu!

3. Menyelesaikan Studi Perkuliahan di Program Studi Statistika, Universitas Gadjah Mada.
Enam tahun, itulah masa studiku yang tercatat di data base UGM. Mulai terdaftar sejak 2006, akhirnya aku bisa membebaskan diri di tahun 2012 dengan proses yang tidak mudah, dan saya yakin tidak ada yang ingin turut merasakan perjuangan yang kualami. 3 kali pendadaran men!. Bukan hal yang patut untuk dibanggakan memang.
Tapi maaf, aku bangga dengan itu semua. Aku bangga bisa melalui 3 kali proses pendadaran dan 5-6 kali pergantian judul Tugas Akhir. Karena dengan ini aku semakin menyadari bahwa yang namanya perjuangan harus istiqomah dan bersungguh-sungguh, Tidak ada satupun halangan dan rintangan hidup yang boleh membuat kita terus terduduk terjatuh.
Sukses adalah hak kita, Hak ku juga. Hak kamu juga. Jika satu kali mencoba dan kamu gagal, maka cobalah untuk kedua kalinya. Jika kedua kali kamu masih gagal, maka cobalah untuk ketiga kalianya dan begitu seterusnya sampai kegagalan bosan menemanimu. dan kamu akan sukses dan bertambah kuat. Itu semua bukan sekedar kata-kata mutiara penyemangat, Tapi itu fakta, dan saya telah membuktikannya.

4. Memperoleh pekerjaan
Ada orang yang bilang bahwa lulus tepat waktu itu tidak penting, yang penting adalah lulus di waktu yang tepat. Dan itulah yang saya alami. Mungkin inilah berkah Allah SWT yang nyata kurasakan sampai saat ini. Tepat 2 hari setelah acara wisuda sarjana aku memutuskan untuk menandatangani kontrak dengan CV KHS yang merupakan produsen Traktor terbesar di negara ini, walaupun mungkin tidak banyak orang yang mengetahuinya.
Memang gengsi pekerjaanku saat ini mungkin kalah dari teman-teman lulusan statistika UGM yang lain. Tapi saya senang karena bisa terus menjalani hidup di Yogyakarta yang indah ini yang membuat beberapa teman yang gengsi pekerjaannya tinggi iri. :D

Itulah setidaknya hal-hal besar yang mengisi usia 25 tahunku, dan semoga apa-apa yang telah kulakukan di masa lalu  tidak menjadi penghambatku untuk terus melaju dan mengejar cita-cita hidupku. AAMIIN.


Rabu, 03 Oktober 2012

Hujan Pertama di Akhir Tahun

Rabu, 3 Oktober 2012, pukul 03:09 WIB, rintik hujan mulai menyapa bumi Yogyakarta khususnya daerah sendowo dengan malu-malu.

Pagi ini mataku belum sayu juga setelah beberapa jam berkutat dengan SPSS untuk menyusun ulang Modul Tutorial yang sudah out of date dan menyaksikan pertandingan Liga Champions Eropa antara tuan rumah Benfica dan tamunya Barcelona di ruang TV kos-kosan ku tercinta. Tuan rumah sedang tertinggal 2 gol dari tamunya ketika kuputuskan untuk beranjak ke kamar dan bersiap untuk bermesraan dengan kasurku yang sudah tergelar sejak ku bangun siang tadi. 

Netbuk yang baru beberapa saat kuistrahatkan masih tergeletak acak di atas rak buatan yang menempel di dinding kamarku seolah menggodaku untuk menyentuhnya dan berselancar dengannya di dunia maya. "Hm.. apa salahnya mengecek twitter sejenak dan meng-up date livescore pertandingan Liga Champions lainnya?" gumamku. Kubenarkan juga posisi netbukku yang bertumpukan dengan keyboard dan modul tutorial untuk kemudian kunyalakan. Tanda loading di browser andalan belum berhenti dan dudukku belum "pewe" ketika tiba-tiba telingaku mendengar titikan air berjatuhan di kejauhan. Awalnya ku mengira itu adalah suara air dari bak penampungan kosku yang telah penuh dan mengalir membasahi tanaman rambat di partisi kos kami.  Namun tak terdengar suara mesin pompa air sebagai backsodund titikan air tersebut. Hingga akhirnya kuputuskan untuk kembali bangkit dari duduk dan menengok keluar, dan ternyata itu tetesan air dari gumpalan awan-awan hujan di langit subuh  yogyakarta.

"Alhamndulillah Hujan" itulah gumamku ketika kuputuskan untuk keluar kamar dan memindahkan jemuran handuk kos yang entah sudah berapa bulan berada di luar.  "Alhamdulillah hujan" itulah kicauan yang kutuliskan beberapa saat setelahnya di akun twitterku yang baru di follow oleh 200an orang. "Alhamdulillah hujan menjadi tag line di twitter dan status-status teman-temanku yang kebetulan masih online di pagi ini, entah itu mereka belum tidur atau baru bangun untuk beribadah qiyamul lail. Hujan yang ditunggu-tunggu banyak orang. Hujan yang membuat banyak warga santri di madura menggelar shalat hajat meminta hujan. Hujan yang datang untuk pertama kalinya di akhir tahun ini. Hujan yang setia membangkitkan segala memoar indah, mencekam, suram, sedih, bahkan biasa saja setiap insan manusia, termasuk aku.  Hujan yang senantiasa membius dengan dengan petrichor nya.

Kerinduan akan berbagai hal indah dalam hidupku kembali tersingkap oleh hujan pagi ini. Kenangan indah masa kecil di pulau kecil nun jauh di belahan tenggara pulau sulawesi. Hujan selalu saja menghadirkan keceriaan di jiwa-jiwa kecil kami, anak-anak pulau muna. Hujan selalu berhasil menggodaku untuk melanggar larangan ibuku bermain hujan. Hujan yang selalu menjadi katalis berbagai kisah indah bersama teman-teman kecilku. Hujan yang selalu berhasil melenyapkan rasa lelah di kaki-kaki kecil kami  yang bergerak berirama mengelilingi kampung untuk mengajak teman-teman yang patuh kepada ibu-ibu mereka untuk keluar dan bermain bersama di bawah guyuran hujan yang selalu indah bagi jiwa kecil kami.

Hujan juga pernah menjadi saksi kebahagiaan kami siswa-siswi SMA 1 Raha yang berhasil menaklukan soal-soal Ujian Nasional yang dibuat untuk menjerat siswa-siswa kurang rajin belajar untuk tetap bersekolah di tingkatan pendidikan yang menjadi tempat paling dirindukan oleh semua orang di Indonesia. Tak lama setelah pengumuman kelulusan yang menjadi sumber kabahagiaan kami di siarkan lewat TOA sekolah yang terasa mulai enggan meneriaki kami yang suka telat di pagi hari, hujan turun dengan derasnya mengguyur bumi muna, serasa langit ikut terharu bahagia menyaksikan kami anak-anak masa depan bangsa di pulau kecil itu berbahagia. Awalnya seorang siswa yang terkenal badung dari jurusan IPS mendahului kami menyambut datangnya hujan siang itu. Kami yang merasa sudah tidak kecil lagi masih enggan menemaninya menari bersama hujan. Malu. Itulah mungkin yang menjadi sebab kami hanya menontonya menari bersama hujan. Hingga sampai saatnya kami tergoda oleh tarian hujan dan bau kebahagiaan "petrichor" yang tersebar di seluruh halaman sekolah kami, kamipun takluk. Tak ada aba-aba, tak ada persiapan melepas baju sekolah dan sepatu, sebagian besar siswa keluar menyambut hujan dan menari bersama. Konvoi keliling kota dengan berjalan kaki di bawah guyuran hujan menjadi saksi kebahagiaan kami saat itu.

Belum berapa jauh aku menikmati lamunanku, suara hujan di luar sana mulai tak terdengar. hm.. rupanya hujan tidak ingin membawaku terlalu jauh kemasa-masa bahagia yang akan membuaiku. Lamunanku pun berakhir seiring berhentinya hujan pagi ini. Dan hujan pagi yang berdurasi singkat ini menjadi satu-satunya momen hujan hari ini, siang kembali terik, walaupun di sore hari mendung sempat menyapa di langit jogja, namun hujan masih enggan datang lagi.


Sabtu, 29 September 2012

Penggemar Air Mata!

Tangisan..
Hal yang sangat lumrah kita saksikan sehari-hari di bumi nusantara. Hal yang menjadi reaksi akhir dari segala hal yang menghiasi kehidupan. Baik itu haru, penderitaan, kesedihan, maupun kebahagiaan. Ketika anda berbahagia, dan luapan emosi melebihi batas yang bisa jiwa dan raga anda tampung, tetesan air mata kebahagiaan akan dengan sendirinya mengalir dari kedua mata indah anda.
Tangisan..
Menjadi tidak lumrah dan biasa jika itu terjadi di mata sosok manusia bernama pria. Sosok pria yang digambarkan sebagai manusia berpostur tegap, sorotan mata tajam, dan pendirian yang teguh akan terlihat rapuh ketika tetes demi tetes air mata mengalir melewati lekukan-lekukan keras di kedua pipinya menuju rahangnya yang senantiasa membentuk kata-kata ketegasan, ketabahan, dan kekuatan yang terucap dari bibirnya.

Tangisan..
Menjadi senjata utamaku untuk melepaskan kegundahan dalam hatiku. Melampiaskan kekesalankku akan jalur hidup yang telah salah kulalui. Menggantikan keperihan yang kurasakan. Rapuh? iya. Tapi saya tidak peduli. Selama hanya Allah dan malaikat-malaikatnya yang menyaksikan tetes-tetes air mata menyuci mata dan wajahku. Sudah tak terhitung berapa banyak sesi meneteskan air mata kulalui dalam 25 tahun masa hidupku. Namun ada beberapa sesi yang benar-benar kuukir dengan jelas di ingatanku yang semakin terkuras, di benakku yang semakin tak kuat menahan perihnya kehidupan, kejamnya masa kini, dan ketidakpastian masa depan.

Tangisan haru, yang harus kutahan di depan banyak orang asing di dalam dek sebuah kapal cepat jurusan Raha-Kendari 6 tahun lalu menjadi tangisan penuh makna yang sampai saat ini kuingat dengan jelas. Ku ingat dengan jelas kebanggaan yang tersirat di raut wajah ayahku yang terlihat begitu tak tersentuhnya, ayahku yang begitu berwibawa, ayahku yang begitu berkharisma di mata kami anak-anaknya ketika melepasku untuk pergi jauh menempuh ilmu di Yogyakarta. Melihat anak laki-laki ke dua dalam keluarga pergi jauh untuk menuntut ilmu dan meninggalkan mereka di pulau nun jauh di sana. Melihat anak yang satu-satunya  berani menyeberang ke pulau Jawa yang jelas memiliki budaya yang bertolak belakang dengan tempat asal kami. Tangisku pecah saat itu, tak kuat raga mudaku melawannya. Tak kuat mental mudaku yang untuk pertama kali pergi jauh, benar-benar jauh dari orang tuaku menahannya. Tangisan itu berhasil menembus pertahananku yang rapuh, yang belum siap mengarungi kejamnya hidup sendirian di tempat yang jauh dari jangkauan orang-orang terkasih. Tapi, aku harus tetap menahan suaranya agar tidak mengganggu perjalanan orang lain. Mataku masih sembab meskipun hari telah berganti, hasil dari tangisan itu. Miss You Daddy!!
Sejak saat itu, aku berjanji untuk tidak mudah meneteskan air mata untuk hal-hal remeh temeh kehidupan yang  berupaya dengan keras dan kontinu menggerus semangatku. Hingga akhirnya, aku harus menjilat ludahku sendiri. Aku kembali menangis. Tetesan air mataku menjadi tak terbendung. Tanggul mental yang kubangun rupanya rapuh, tak berfondasi yang kuat, sehingga harus mau dilewati oleh tetesan air mata yang menjadi akrab denganku akhir-akhir ini.

Tangisan yang selanjutnya masih kuingat adalah, tangisan kebahagiaan atau ntah apalah namanya. Sebenarnya sedikit malu untuk mengakui hal ini. Sebab tangisan ini berkaitan dengan seorang  teman baru, yang benar-benar baru, datang dengan tak terduga, hingga benar-benar nyetel di hatiku dan pola perilakuku.  Tidak jelas apa yang membuatku harus menangisi sosok laki-laki bongsor, berkulit hitam dan ber-brewok ini :D. Tapi jelas, saat ini dialah sosok teman, sahabat bahkan mungkin saudara sebagaimana yang pernah dikatakannya, yang mampu memberikan petuah-petuah bijak yang kadang sangat kritis dan menohok di hati, tapi itu semua benar adanya. Tangisan itu juga terbentuk saat perpisahan terjadi, dimana saudaraku itu  harus kembali ke kota di mana dia berkuliah setelah menghabiskan masa liburannya di Yogyakarta beberapa hari. 

Awalnya, gengsiku cukup besar untuk menangisinya di saat kumengantarkannya ke stasiun tugu yogyakarta untuk bertolak ke jakarta. Tapi ketika akhirnya kuputuskan untuk meng-SMS tangisanku mulai tak terbendung. Memang, saat itu ketegaran masih mengambil alih emosiku, selain rasa malu tentunya, mengingat aku mengantarkannya bersama seorang teman perempuan dan sampai SMS berlayangan di udarapun, teman perempuanku itu masih bersamaku menghabiskan makan malam di burjo langganan dekat kosku. Namun, akhirnya ketika aku kembali ke kamar kosku yang entah mengapa mendadak terasa sepi, hampa dan terlalu luas untukku, air mata haru akhirnya menetes membasahi pipiku malam itu. 

Kerinduan akan sosok saudara laki-laki yang mau dan bisa mengayomiku, mengajarkan hal-hal baru dan benar kepadakulah mungkin yang menjadi penyebab  tangisanku malam itu terjadi. Sosok orang baru yang kukenal beberapa hari ini, mampu mengisi kekosongan itu. Jelas.  Sangat nyata, segalanya terasa hampa saat harus jauh dari saudaraku itu. Namun, Alhamdulillah tangisanku malam itu berhasil menyadarkanku akan betapa berharganya seorang sahabat, saudara. Dan sampai saat ini, hubungan persaudaraan itu masih terjalin baik dengannya, bahkan beberapa hari yang lalu aku baru saja mengunjunginya di Jakarta karena kebetulan memang aku harus ke sana untuk mengejar cita-cita masa depanku. Miss you brotha!

Begitulah tangisan menjadi solusi akan permasalahan yang kurasakan, begitulah tangisan mengisi kekosongan hatiku, begitulah tangisan menjadi luapan betapa bahagianya dan bersyukurnya diriku masih dikaruniai sosok orang-orang yang ternyata menyayangiku meskipun mereka malu untuk mengakuinya. Dan saat ini aku menjadi penggemar air mata. Alhamdulillah....


Menangislah bila harus menangis
Karena kita semua manusia
Manusia bisa terluka, manusia pasti menangis
Dan manusia pun bisa mengambil hikmah
Dibalik segala duka tersimpan hikmah
Yg bisa kita petik pelajaran
Dibalik segala suka tersimpan hikmah
Yg kan mungkin bisa jadi cobaan
(DEWA-- Air Mata)

Senin, 28 Mei 2012

Lady Gaga Concert in Indonesia? You better Read this!!

Setelah gempuran berita duka 24 jam sehari 7 hari seminggu selama beberapa minggu di bulan ini yang sangat menguras emosi dan rasa haru serta duka yang dalam baik bagi keluarga korban maupun siapapun mereka yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kecelakaan Pesawat Baru Sukhoi Superjet di Gunung Salak beberapa waktu yang lalu, layar tv kemudian dipenuhi dengan kontroversi mengenai rencana pelaksanaan konser the mother monster a.k.a lady gaga di Indonesia yang menuai kontroversi.

Berawal dari pemberitaan mengenai rencana dilarangnya konser penyanyi kontroversial ini yang kemudian semakin menjadi-jadi ketika hampir semua media baik elektronik khususnya stasiun televisi maupun media cetak saling menyajikan berita yang diselap-selipkan dengan berbagai opini yang mengarahkan penontonnya untuk mendukung dan mempercayai apapun yang diberitakannya. Sebagai contoh salah satu media nasional membroadcast berita mengenai rencana penggagalan konser Lady Gaga yang ditambahkan dengan opini mereka mengenai betapa inspiratifnya lirik-lirik lagu Lady Gaga dengan mmberikan contoh lirik lagu Born This Way yang menunjukkan bahwa setiap manusia diciptakan dengan cara yang berbeda-beda dengan kelebihan yang berbeda-beda pula dan patut untuk disyukuri.

Namun, sayang beribu sayang sekali lagi media di Indonesia terlalu menunjukkan keberpihakan mereka pada pihak-pihak tertentu baik tokoh nasional, partai politik bahkan saat ini kepada Lady Gaga. Sampai-sampai mereka hanya berpusat pada nilai-nilai positif yang mereka jadikan sebagai penguat argumen bahwa konser Lady Gaga tidak layak untuk dibatalkan, dan tidak melihat ke aspek lain yang menjadi penyebab dipertimbangkannya kembali penurunan surat izin konser tersebut.

Berikut ini beberapa hal yang mungkin sebaiknya anda ketahui mengenai polemik konser Lady Gaga yang akhirnya dibatalkan untuk diselenggarakan di Indonesia.
  1. Indonesia BUKAN satu-satunya negara yang menolak dan membatalkan konser Lady Gaga meskipun penjualan tiket sudah dilakukan jauh-jauh hari.
  2. Pada 2011, Malaysia pernah menolak Lady Gaga datang ke negaranya pada 2011. Gara-garanya, lirik lagu "Born This Way" dinilai menawarkan nilai-nilai homoseksualitas. Beberapa lagu Gaga pun kena sensor. Salah satunya, kalimat dalam lirik lagu "Born This Way", yaitu "no matter gay straight or bi, lesbian transgendered life" disingkirkan dan digantikan dengan pengulangan kata "no matter" selama tiga kali. Sejumlah video klipnya juga dilarang tayang di Malaysia.
  3. Menteri Kebudayaan China mencekal beberapa lagu Gaga karena dinilai vulgar dan merusak kultur bangsa. Sedikitnya ada 6 lagu Lady Gaga yang dicekal: 'The Edge of Glory', 'Hair', 'Marry the Night', 'Americano', 'Judas' dan 'Bloody Mary'. Soalnya, lirik lagu dianggap vulgar dan harus diturunkan dari peredaran di radio
  4. Pemuda Kristen Filipina menggelar unjuk rasa menolak konser Lady Gaga. Kaum Kristiani Filipina menganggap musik Lady Gaga, terutama lagu "Judas" menghina religi. Lirik lagu itu dianggap mengolok-olok Yesus Kristus atau Isa Almasih. Mereka juga menilai musik dan gaya hidup Gaga berbeda dengan nilai-nilai budaya Filipina.
  5. Kaum Kristiani di Korsel sempat mengadakan unjuk rasa menolak konser Lady Gaga karena dianggap vulgar, mendukung homoseksualitas dan biseksualitas, serta menghina agama. Bahkan, spanduk-spanduk dipasang di jalan-jalan strategis. Sebagai jalan tengah, pemerintah Korea mengeluarkan kebijakan konser Lady GaGa itu hanya boleh dihadiri penonton berusia di atas 18 tahun.
  6. Album kedua Lady Gaga "Born This Way", dinyatakan dilarang di Lebanon setelah dianggap menyinggung kaum Kristiani. Ribuan kopi album yang terlanjur dikirim ke negara-negara Timur Tengah, disita aparat di Lebanon. Album single Gaga "Judas" juga dilarang diputar di stasiun-stasiun radio lokal Lebanon atas alasan yang sama.
  7. Dunia pertelevisian Australia mencekal video klip Lady Gaga yang berjudul "Love Game" karena lirik-liriknya yang vulgar dalam menggambarkan adegan seks. Begitupun adegan-adegan dalam video musiknya.
  8. MTV Arabia mencekal video musik "Love Game", yang liriknya secara eksplisit menyatakan seksualitas. Lagu yang sama juga dicekal di Australia dan seluruh saluran MTV Dubai. Alasan MTV Arabia adalah lagu dan video klip itu dianggap merusak generasi muda. 

Tentu saja berita-berita di atas tidak kita temukan di Televisi Indonesia, dan kalaupun ada, hanya beberapa bagian kecil dengan durasi penayangan minim. 

Lalu, kenapa kemudian bangsa ini mengambinghitamkan salah satu agama terbesar di negara ini?? padahal di luar sana, agama lain sudah jelas-jelas menolak Lady Gaga. Masalah moralitas memanglah masalah yang pelik dan tidak ada batasan khusus yang mengatur sejauh mana baik atau buruknya moral seseorang, namun parameter-parameten untuk mengukur hal tersebut sudah jelas terliahat baik itu dari gaya hidup, pola berinteraksi dan sampai ke hal hal kecil, tontonan misalnya.

Saya sama sekali  tidak menggiring anda untuk kemudian ikut-ikutan memmbenci Lady Gaga, hanya saja ketidaksukaan saya kepada bagaimana media-media di Indonesia yang cenderung lebih berpihak kepada Lady Gaga yang notabene bukanlah siapa-siapa bagi bangsa ini ketimbang aparatur negara yang benar-benar berjuang untuk menciptakan ketertiban negara yang lebih baik yang walaupun tidak semaksimal yang kita inginkan dan masih saja ada minusnya.

Anda bebas beropini di negeri ini, namun setidaknya anda tetap berada pada garis yang suda ditentukan jangan sampai memotong garis-garis lain yang bukan menjadi hak anda dalam menyampaikan pendapat, apalagi sampai menggiring orang lain ke garis yang anda lalui dengan pemberitaan-pemberitaan yang berat sebelah dan tidak konkret.

Jumat, 18 Mei 2012

Kekanak-kenakan di Usia Tua

Berawal dari kesadaran saya untuk mengingatkan salah satu teman kos yang usianya jauh di atas usia saya beberapa saat yang lalu mengenai bagaimana sebaiknya mereka memproduksi volume suara yang mereka hasilkan dari gelak tawa kebahagian dari bermain game di malam hari, mengingat jam sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB dan kos kami berada di wilayah padat penduduk, sampai kepada respon yang sudah saya perkirakan. Bukannya mengucapkan terimakasih atas kemauan saya mengingatkan mereka, justru serangan balik yang dilontarkannya dengan sangat sinis. Sebenarnya permasalahan volume suara yang melebihi ambang batas ini sudah sering mengemuka di kosan kami yang sederhana ini. Namun, mengingat pada kesempatan-kesempatan sebelumnya pihak warga yang diwakilkan oleh Ketua RT dan atau Ketua RW yang langsung datang menegur mereka, maka saya berinisiatif untuk mengingatkan sebelum kejadian yang sama sekali tidak enak kembali terjadi yang justru membawa saya pada penyesalan yang mendalam.

 
Tidak ada perasaan sok baik, sok bijak apalagi sok suci yang menghinggapi benakku saat kuputuskan untuk memberitahu bahwa malam sudah terlalu larut untuk volume suara semaksimal itu. Sebenarnya jiwaku sudah mulai terusik saat permainan dimulai dan menyertakan seorang teman wanita di dalamnya dengan tentu saja gelak tawa yang membahana sampai pukul 22.00 malam, bagi saya tidak masalah mau sebesar apa volume suara yang mereka hasilkan, namun mengingat sudah terlalu sering teguran datang menghampiri kos kami karena sebab yang sama, maka demi menjaga nama baik semua penghuni kos dan pendahulu-pendahulu kos kami yang dikenal sebagai mahasiswa yang beretiket baik, hatiku tergerak untuk sekedar mengingatkan bahwa jam telah menunjukkan pukul 23.30 WIB.

Jika saya berada pada posisi yang diingatkan mungkin perasaan saya akan sedikit terganggu dengan "human alarm" itu, namun mengingat segala sesuatunya menyangkut banyak pihak maka bisa saya pastikan ucapan terimakasih lah yang akan keluar dari lisan saya, bukannya justru komplain yang malah menyudutkan si pemberi saran, bahkan kalaupun kata terima kasih tidak terlontar saya akan segera merubah perilaku yang kurang pas untuk waktu seperti itu dengan mengurangi volume suara yang saya hasilkan. Dan itu sudah sering saya lakukan ketika ada teguran saat saya sedang asik-asik berkaraoke di kamar sendiri di sore hari (heheheeheh).

Namun, ternyata taraf kedewasaan seseorang itu berbeda-beda. Bukannya saya merasa sudah dewasa, namun setidaknya saya berusaha untuk menanggapi berbagai hal dengan lebih bijak mengingat usia yang sudah 1/4 abad.

Banyak orang yang beranggapan bahwa semakin besar angka usia seseorang maka semakin dewasa pula orang tersebut. Namun di balik semua anggapan-anggapan umum itu banyak yang justru tidak menyadari bahwa usia bukanlah jaminan kedewasaan dalam berperilaku, berpola pikir dan menanggapi permasalahan yang ada dalam hidup yang semakin complicated ini. Banyak jiwa kanak-kanak yang masih terperangkap dalam tubuh dan sosok dengan bilangan umur tidak muda lagi yang menjadi contoh di masyarakat, dan yang paling jarang kita temukan adalah jiwa dewasa dalam usia yang relatif muda.

Sudah terlalu banyak contoh dari ketidakmampuan usia menjamin kedewasaan seseorang. Yang paling bisa kita lihat dengan kasat mata adalah kekanak-kanakannya anggota-anggota parlemen yang terhomat kita yang masih saja menganggap bahwa kekerasan atau adu otot dan kekencangan volume suara bisa menyelesaikan berbagai masalah, dan solusi hanya akan keluar dari suara terbanyak dan terlantang. 

Sebenarnya, jiwa dewasa sudah ada dalam diri setiap orang. Hanya saja ego, rasa ingin dihormati, rasa ingin membuktikan diri dan rasa tidak ingin terlihat rapuh dan lemah di hadapan orang lain membuat kedewasaan justru tertutupi kabut sifat kekanak-kanakan yang sama sekali tidak memberikan efek positif sedikitpun terhadap bagaimana kita berperilaku dalam masyarakat dan image kita di hadapan khalayak.

Orang-orang yang masuk dalam golongan seperti ini biasanya memiliki ciri umum yang identik,
  • Sangat susah untuk memahami keinginan orang lain sebab keinginan diri sendiri menjadi hal paling utama yang harus dipenuhinya dengan berbagai cara sekalipun.
  • Tidak ada kesadaran untuk mengakui kesalahan diri sendiri meskipun secara sadar mengetahui bahwa tindakannya menyalahi aturan.
  • Menganggap remeh segala hal yang ada, baik yang tidak terlalu serius bahkan yang sangat serius sekalipun, biasanya ucapan seperti "udahlah, kita lupain aja masalah yang satu ini" akan terlontar ketika diajak membicarakan permasalahan yang justru tidak akan memberikan jalan keluar dari permasalahan-permasalahan dasar yang dihadapi sampai kapanpun.
  • Tidak memiliki rasa bersalah, misalnya membatalkan janji dengan seenaknya secara tiba-tiba, tanpa alasan yang jelas, dan tanpa penjelasan apa-apa. .
Secara sadar saya mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu masih gemar menjadi bagian dari perilaku sehari-hari, namun usaha yang sangat keras masih saya lakukan untuk setidaknya mengurangi kemunculannya dalam perilaku sehari-hariku.


Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan Anda. 
Malulah pada usia anda jika anda masih bertingkah kekanak-kanakan!