Search it here

Rabu, 03 Oktober 2012

Hujan Pertama di Akhir Tahun

Rabu, 3 Oktober 2012, pukul 03:09 WIB, rintik hujan mulai menyapa bumi Yogyakarta khususnya daerah sendowo dengan malu-malu.

Pagi ini mataku belum sayu juga setelah beberapa jam berkutat dengan SPSS untuk menyusun ulang Modul Tutorial yang sudah out of date dan menyaksikan pertandingan Liga Champions Eropa antara tuan rumah Benfica dan tamunya Barcelona di ruang TV kos-kosan ku tercinta. Tuan rumah sedang tertinggal 2 gol dari tamunya ketika kuputuskan untuk beranjak ke kamar dan bersiap untuk bermesraan dengan kasurku yang sudah tergelar sejak ku bangun siang tadi. 

Netbuk yang baru beberapa saat kuistrahatkan masih tergeletak acak di atas rak buatan yang menempel di dinding kamarku seolah menggodaku untuk menyentuhnya dan berselancar dengannya di dunia maya. "Hm.. apa salahnya mengecek twitter sejenak dan meng-up date livescore pertandingan Liga Champions lainnya?" gumamku. Kubenarkan juga posisi netbukku yang bertumpukan dengan keyboard dan modul tutorial untuk kemudian kunyalakan. Tanda loading di browser andalan belum berhenti dan dudukku belum "pewe" ketika tiba-tiba telingaku mendengar titikan air berjatuhan di kejauhan. Awalnya ku mengira itu adalah suara air dari bak penampungan kosku yang telah penuh dan mengalir membasahi tanaman rambat di partisi kos kami.  Namun tak terdengar suara mesin pompa air sebagai backsodund titikan air tersebut. Hingga akhirnya kuputuskan untuk kembali bangkit dari duduk dan menengok keluar, dan ternyata itu tetesan air dari gumpalan awan-awan hujan di langit subuh  yogyakarta.

"Alhamndulillah Hujan" itulah gumamku ketika kuputuskan untuk keluar kamar dan memindahkan jemuran handuk kos yang entah sudah berapa bulan berada di luar.  "Alhamdulillah hujan" itulah kicauan yang kutuliskan beberapa saat setelahnya di akun twitterku yang baru di follow oleh 200an orang. "Alhamdulillah hujan menjadi tag line di twitter dan status-status teman-temanku yang kebetulan masih online di pagi ini, entah itu mereka belum tidur atau baru bangun untuk beribadah qiyamul lail. Hujan yang ditunggu-tunggu banyak orang. Hujan yang membuat banyak warga santri di madura menggelar shalat hajat meminta hujan. Hujan yang datang untuk pertama kalinya di akhir tahun ini. Hujan yang setia membangkitkan segala memoar indah, mencekam, suram, sedih, bahkan biasa saja setiap insan manusia, termasuk aku.  Hujan yang senantiasa membius dengan dengan petrichor nya.

Kerinduan akan berbagai hal indah dalam hidupku kembali tersingkap oleh hujan pagi ini. Kenangan indah masa kecil di pulau kecil nun jauh di belahan tenggara pulau sulawesi. Hujan selalu saja menghadirkan keceriaan di jiwa-jiwa kecil kami, anak-anak pulau muna. Hujan selalu berhasil menggodaku untuk melanggar larangan ibuku bermain hujan. Hujan yang selalu menjadi katalis berbagai kisah indah bersama teman-teman kecilku. Hujan yang selalu berhasil melenyapkan rasa lelah di kaki-kaki kecil kami  yang bergerak berirama mengelilingi kampung untuk mengajak teman-teman yang patuh kepada ibu-ibu mereka untuk keluar dan bermain bersama di bawah guyuran hujan yang selalu indah bagi jiwa kecil kami.

Hujan juga pernah menjadi saksi kebahagiaan kami siswa-siswi SMA 1 Raha yang berhasil menaklukan soal-soal Ujian Nasional yang dibuat untuk menjerat siswa-siswa kurang rajin belajar untuk tetap bersekolah di tingkatan pendidikan yang menjadi tempat paling dirindukan oleh semua orang di Indonesia. Tak lama setelah pengumuman kelulusan yang menjadi sumber kabahagiaan kami di siarkan lewat TOA sekolah yang terasa mulai enggan meneriaki kami yang suka telat di pagi hari, hujan turun dengan derasnya mengguyur bumi muna, serasa langit ikut terharu bahagia menyaksikan kami anak-anak masa depan bangsa di pulau kecil itu berbahagia. Awalnya seorang siswa yang terkenal badung dari jurusan IPS mendahului kami menyambut datangnya hujan siang itu. Kami yang merasa sudah tidak kecil lagi masih enggan menemaninya menari bersama hujan. Malu. Itulah mungkin yang menjadi sebab kami hanya menontonya menari bersama hujan. Hingga sampai saatnya kami tergoda oleh tarian hujan dan bau kebahagiaan "petrichor" yang tersebar di seluruh halaman sekolah kami, kamipun takluk. Tak ada aba-aba, tak ada persiapan melepas baju sekolah dan sepatu, sebagian besar siswa keluar menyambut hujan dan menari bersama. Konvoi keliling kota dengan berjalan kaki di bawah guyuran hujan menjadi saksi kebahagiaan kami saat itu.

Belum berapa jauh aku menikmati lamunanku, suara hujan di luar sana mulai tak terdengar. hm.. rupanya hujan tidak ingin membawaku terlalu jauh kemasa-masa bahagia yang akan membuaiku. Lamunanku pun berakhir seiring berhentinya hujan pagi ini. Dan hujan pagi yang berdurasi singkat ini menjadi satu-satunya momen hujan hari ini, siang kembali terik, walaupun di sore hari mendung sempat menyapa di langit jogja, namun hujan masih enggan datang lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar