Search it here

Minggu, 12 Agustus 2012

Puasa, Kesurupan dan Skripsi!!

Ya, gak ada hubungannya. Memang belum ada penelitian yang menyatakan seberapa kuat atau seberapa besar korelasi antara ketiga hal random tersebut. Hehehhe. Tapi just to know aje hal ini merupakan paket kombo yang saya alami hari ini 6 Agustus 2012.

Seperti biasa setelah sahur langsung tepar tak berdaya dikarenakan siklus tidur yang sudah di ambang batas kehancuran organ-organ dalam tubuh. Kantukku masih dominan menguasai alam sadarku ketika kuputuskan membangkitkan diri sekitar pukul 9 pagi dan segera menge-print draft tugas akhir yang rencananya akan kuperlihatkan ke dosen pengganti yang ditunjuk langsung oleh ketua dosen pengujiku ketika kuperlihatkan revisi metode  baru yang akan kupakai dalam skripsiku. Fotokopi terdekat dengan kos menjadi tempat andalan untuk mengeprint dokumen2 yang jumlahnya banyak. Karena berpikir proses pengeprint-an tidak akan lama maka handphone kutinggalkan di kamar karena toh siapa juga gerangan yang akan menghubungi sepagi ini di bulan Ramadhan (ya gak cuy??). Benar, print berlangsung hanya sekitar 15 menit; namun tidak benar karena ternyata di layar hape NOKIA 1650 bututku tertera 2 panggilan tak terjawab dari sodara sepupuku yang notabene sempat menitipkan anak pertamanya untuk melanjutkan sekolahnya di Jogjakarta bersamaku (tapi sekarang anaknya sudah tinggal sendiri di daerah ringroad barat dekat UMY). Jari-jari seksiku langsung saja mengetikan SMS dan mengirimkannya dengan tujuan menanyakan ada perihal penting apa sampai harus meneleponku di pagi hari. Berselang tidak lebih dari 5 menit HP ku kembali berbunyi, nada dering yang ku setel ku biarkan berdering hampir selesai dengan tujuan memastikan itu panggilan telepon atau hanya missed call yang tak sengaja terjadi (biasa kan kayak gini, saat hape masuk saku hapenya manggil2 orang lain sendirian).

Singkat kata singkat cerita dia meminta kesediaanku untuk menengok keadaan anaknya yang kata teman kos-nya sedang sakit dan cek per cek sakitnya bukan sakit biasa melainkan kesurupan. ya.. anda tidak salah membaca dan saya tidak salah mengetik. Ponakanku kesurupan di siang bolong di bulan Ramadhan. Alhasil rencanaku yang semula berdandan untuk menemui dosen jadi berubah dengan mengajak teman sekosan untuk melajukan kendaraan bermotornya menuju kos-kosan ponakanku itu bermodal alamat Masjid Al Mubaraq 100 meter sebelah utara kampus UMY.

Melajulah aku bersama salah satu teman kos yang beruntungnya pagi ini sudah bangun dan sedang tidak ada rencana penting yang akan dilakukan beberapa jam kedepan. Matahari sudah mulai terik ketika kami mengitari jalan-jalan sempit yogyakarta yang mulai ramai oleh kendaraan-kendaraan pendatang yang betah di jogja. Kurang lebih 31 menit kami habiskan menempuh perjalanan dadakan di pagi jelang siang ini.

Sesampainya kami di TKP, jam sudah menunjukkan pukul 10 nyaris 11 pagi. Ketika kami memasuki wilayah kos tempat ponakanku di ruqiyah tidak terdengar teriakan-teriakan khas orang kerasukan. Hening, hanya lantunan ayat-ayat suci Al-Qur;an yang terdengar semakin jelas ketika kami akhirnya memasuki ruang tamu kontrakan berkamar 5 itu. Sekilas di benakku berpikir ponakanku sudah sadar, jin yang mengambil alih kontrol motoriknya telah berhasil ditaklukan oleh lantunan ayat-ayat ruqiyah yang dengan teguh dilantunkan oleh teman-teman kosnya. Namun semua rencana yang tersusun termasuk akan menemaninya terbang ke Jakarta sore nanti untuk menemui kedua orang tuanya sebagaimana pesan tambahan di panggilan telepon yang mengantarku kesini menjadi buyar begitu kotengokan kepalaku ke dalam kamar di mana sumber lantunan ayat-ayat suci Al-Quran itu berasal. Ya, ternyata dia terbujur tidak begitu kaku. Dia terbaring dengan kondisi yang cukup memiriskan hati, tanpa baju; hanya sarung bekas sholat subuh lah yang menutupi badan bagian bawahnya. Alunan ayat-ayat suci terus terdengar, namun langkahku tak kunjung tergerak untuk memasuki kamar yang berisi 3 orang tersebut, 4 termasuk ponakanku. Seorang teguh memegangi  kedua tangannya, serta sesekali memijat-mijat kakinya, dan 2 lainnya melantunkan ayat-ayat suci di bagian atas tubuhnya. Si jin yang kemudian mengaku sebagai jin Ifrid masih teguh bersarang di tubuh ceking ponakanku.

Beberapa menit kuhabiskan di depan kamar di mana ponakanku diperdengarkan ayat-ayat suci Al-Quran untuk menanyakan berbagai hal yang kuanggap perlu, termasuk kronologi sampai dia yang notabene mungkin taraf ibadahnya lebih baik dariku bisa dirasuki jin di bulan Ramadhan ini. Setelah informasi yang kuinginkan kurasa cukup (tentu juga keberanian untuk menghadapi ponakankku yang tengah kesurupan juga cukup), akhirnya kuputuskan untuk masuk kedalam kamar itu untu bertegur sapa dengan ponakanku.

"Subhanallah ayahku ya....." itulah kata pertama dari mulutnya yang lemah ketika kuputuskan untuk duduk di sisi tubuhnya yang terbaring di atas kasur. "Eh mas gempur, mas Dino??!" lanjutnya. Alhamdulillah ponakanku sadar batinku berkata. Kemudian kuputuskan untuk menegurnya dan bermaksud mengorek informasi yang kurasa butuh untuk kuketahui, tapi belum sempat kuutarakan maksudku kesadarannya kembali terenggut oleh jin yang merasukinya. Tubuhnya kembali bergejolak. Tampak usaha kerasnya untuk melawan kekuatan yang mencoba mengambil alih kontrol atas tubuhnya, tapi semuanya berakhir kekalahan di pihaknya yang memang dalam keadaan lemah sebab penyakit malaria yang menyerangnya beberapa hari sebelumnya. Meskipun alunan ayat-ayat suci tak kunjung terhenti di kamar itu, tapi dia tetap bertekuk lutut di bawah kendali makhluk astral itu. Hingga akhrinya teman kos yang ternyata tidak percuma ku ajak untuk mengantarku ikut membantu dengna membimbingnya untuk melafadzkan tiga kul yang terkenal yaitu surah Al Ikhlas, Al falaq dan An Nas. Tapi belum selesai ponakanku melafadzkan ketiganya si jin sudah berhasil mengambilalih. Mulai saat itulah usaha menyadarkannya dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an terus kami lakukan walapun belum memberi perubahan yang signifikan.

Usaha itu terus dilakukan sampai pukul 14.00 siang, dan karena jadualku hari ini adalah menyetor perkembangan perubahan isi skripsiku maka aku memutuskan untuk meninggalkan sejenak ponakanku yang sedang bergelut dengan makhluk astral itu. Dan tentu saja sebelumnya meminta izin dari ayahnya yang telah kusarankan untuk segera ke Jogja karena sangat tidak memungkinkan untukku membawanya terbang ke Jakarta sore ini.

Perjalananku siang ini kembali dimulai dengan mengulangi jalur datangku kesini. Membelah teriknya mentari siang hari di Jogjakarta, motor dilajukan menyusuri jalan-jalan kota Jogjakarta yang ramai oleh kendaraan lalu lalang para pegawai yang baru pulang makan siang, orang tua yang baru menjemput anak-anaknya pulang sekolah dan tentu saja para pencari nafkah yang menjajakan komoditas andalan masing-masing baik dari dalam toko masing-masing maupun mereka yang menggelar dagangan temporal untuk merebut rezeki di bulan Ramadhan.

Jam di jam tangan seharga Rp. 25.000 yang melekat di tangan kiriku menunjukkan pukul 14.40 ketika rombonganku beranggotakan 2 orang termasuk aku tiba di gerbang selatan FMIPA Utara. Langsung saja aku turun dari ojeg dadakan pagi ini dan memintanya untuk menunggu beberapa menit karena aku beranggapan cukup memperlihatkan hasil revisi dan aku akan segera diperbolehkan untuk mendaftar untuk ke-tiga kalinya guna mengikuti pendadaran ulang. Tapi ternyata sekali lagi prediksiku pagi ini meleset.

Begitu turun dari motor yang diiringi celotehan pengendaranya yang sepertinya tidak akan betah menungguku, langkahku langsung kugerakkan menaiki anak tangga darurat yang kebetulan berdekatan dengan pintu yang kujadikan akses masuk ke gedung dimana ruangan dosen yang kutuju berada. Napasku masih beradu seiring detak jantung yang semakin cepat ketika aku sampai di depan ruangan sang dosen sembari menanyakan keberadaannya kepada pegawai tata usaha yang sudah sangat akrab sekali denganku karena urusan pendadaran ini. "assalamu 'alaikum" seruku begitu kutengokan kepalaku kedalam ruangan yang bersambut dengan sahutan "wa'alaikum salam.. piye mas???" dari sang dosen disertai langkah kakiku sesuai irama detakan jantung yang tak beraturan hasil dari naik tangga darurat memasuki ruangan dimana pak dosen sedang sibuk menyortir piagam-piagam penghargaan yang dimilikinya di atas meja kerja.

Oke, sepertinya temanku itu akan benar-benar bosan menungguku, menyusul pertanyaan-pertanyaan yang dengan indahnya dilontarkan oleh sang dosen. "Gimana?? gimana??" serunya ketika aku duduk di hadapannya sembari mengeluarkan draft skripsiku dari tas kecilku. " jadi gini pak, kemarin saya sudah ketemu pak dedi dan beliau setuju dengan metode yang saya tambahkan" seruku sembari menyodorkan draft-ku. Dibolak-baliknya susunan kertas-kertas berisi rangkaian kata-kata karanganku yang dilengkapi dengan kombinasi angka-angka tidak terkira dan materi-materi hasil copy-paste di BAB II. Saking sibuknya menjawab pertanyaan sang dosen aku sampai lupa ada seseorang yang sedang menungguku di bawah sana. Oke, penjelasan pertamanku masih mengundang tanya lanjutan. Percobaan kedua sang dosen masih belum paham dan yakin bahwa saya siap untuk di "dadar". Hingga percobaan ketika beliau meminta saya untuk menggoreskan tulisan tanganku yang mulai acak-kadut karena saking lama tidak menulis dengan tangan atau mencatat bahan kuliah di kelas; di atas kertas untuk menggambarkan secara sederhana apa yang menjadi tujuan dari skripsiku ini. Hingga akhirnya beliau paham.

"Yakin kan? yasudah.. besok kumpul aja draftnya sama pak tri biar bisa pendadaran" itulah kalimat yang sebenarnya ingin kudengarkan sejak 10 menit yang lalu. Hatiku berucap hamdalah seraya berucap terimakasih dan segera meninggalkan ruangan itu mengingat ada orang yang sedang menunggu di bawah sana. "Ngumpulnya besok aja deh, skalian minta tanda tangan dosen pembimbing" gumamku dalam hati. Mungkin inilah berkah kecil Ramadhan buatku.

Langkahku panjang dan cepat menuju tangga turun dan segera menuju tempat di mana temanku sedang menunggu. dan eng ing eng...orangya sudah tidak ada. Sejenak kuberpikir dia sedang berputar-putar kampusku sembari menungguku menghubunginya. tetapi apa lacur, aku teringat bahwa HPnya lowbat. Argh.....haru jalan kaki deh kalau begini ceritanya. jam menunjukan pukul 3 siang, dan mentari di atas langit jogja hari ini tersenyum cerah tapi tidak ramah untuk kulitku yang eksotis ini. Tapi apa mau dikata, ojeg dadakan tidak sabar menunggu, jalan kaki dehhhh...