Search it here

Sabtu, 29 September 2012

Penggemar Air Mata!

Tangisan..
Hal yang sangat lumrah kita saksikan sehari-hari di bumi nusantara. Hal yang menjadi reaksi akhir dari segala hal yang menghiasi kehidupan. Baik itu haru, penderitaan, kesedihan, maupun kebahagiaan. Ketika anda berbahagia, dan luapan emosi melebihi batas yang bisa jiwa dan raga anda tampung, tetesan air mata kebahagiaan akan dengan sendirinya mengalir dari kedua mata indah anda.
Tangisan..
Menjadi tidak lumrah dan biasa jika itu terjadi di mata sosok manusia bernama pria. Sosok pria yang digambarkan sebagai manusia berpostur tegap, sorotan mata tajam, dan pendirian yang teguh akan terlihat rapuh ketika tetes demi tetes air mata mengalir melewati lekukan-lekukan keras di kedua pipinya menuju rahangnya yang senantiasa membentuk kata-kata ketegasan, ketabahan, dan kekuatan yang terucap dari bibirnya.

Tangisan..
Menjadi senjata utamaku untuk melepaskan kegundahan dalam hatiku. Melampiaskan kekesalankku akan jalur hidup yang telah salah kulalui. Menggantikan keperihan yang kurasakan. Rapuh? iya. Tapi saya tidak peduli. Selama hanya Allah dan malaikat-malaikatnya yang menyaksikan tetes-tetes air mata menyuci mata dan wajahku. Sudah tak terhitung berapa banyak sesi meneteskan air mata kulalui dalam 25 tahun masa hidupku. Namun ada beberapa sesi yang benar-benar kuukir dengan jelas di ingatanku yang semakin terkuras, di benakku yang semakin tak kuat menahan perihnya kehidupan, kejamnya masa kini, dan ketidakpastian masa depan.

Tangisan haru, yang harus kutahan di depan banyak orang asing di dalam dek sebuah kapal cepat jurusan Raha-Kendari 6 tahun lalu menjadi tangisan penuh makna yang sampai saat ini kuingat dengan jelas. Ku ingat dengan jelas kebanggaan yang tersirat di raut wajah ayahku yang terlihat begitu tak tersentuhnya, ayahku yang begitu berwibawa, ayahku yang begitu berkharisma di mata kami anak-anaknya ketika melepasku untuk pergi jauh menempuh ilmu di Yogyakarta. Melihat anak laki-laki ke dua dalam keluarga pergi jauh untuk menuntut ilmu dan meninggalkan mereka di pulau nun jauh di sana. Melihat anak yang satu-satunya  berani menyeberang ke pulau Jawa yang jelas memiliki budaya yang bertolak belakang dengan tempat asal kami. Tangisku pecah saat itu, tak kuat raga mudaku melawannya. Tak kuat mental mudaku yang untuk pertama kali pergi jauh, benar-benar jauh dari orang tuaku menahannya. Tangisan itu berhasil menembus pertahananku yang rapuh, yang belum siap mengarungi kejamnya hidup sendirian di tempat yang jauh dari jangkauan orang-orang terkasih. Tapi, aku harus tetap menahan suaranya agar tidak mengganggu perjalanan orang lain. Mataku masih sembab meskipun hari telah berganti, hasil dari tangisan itu. Miss You Daddy!!
Sejak saat itu, aku berjanji untuk tidak mudah meneteskan air mata untuk hal-hal remeh temeh kehidupan yang  berupaya dengan keras dan kontinu menggerus semangatku. Hingga akhirnya, aku harus menjilat ludahku sendiri. Aku kembali menangis. Tetesan air mataku menjadi tak terbendung. Tanggul mental yang kubangun rupanya rapuh, tak berfondasi yang kuat, sehingga harus mau dilewati oleh tetesan air mata yang menjadi akrab denganku akhir-akhir ini.

Tangisan yang selanjutnya masih kuingat adalah, tangisan kebahagiaan atau ntah apalah namanya. Sebenarnya sedikit malu untuk mengakui hal ini. Sebab tangisan ini berkaitan dengan seorang  teman baru, yang benar-benar baru, datang dengan tak terduga, hingga benar-benar nyetel di hatiku dan pola perilakuku.  Tidak jelas apa yang membuatku harus menangisi sosok laki-laki bongsor, berkulit hitam dan ber-brewok ini :D. Tapi jelas, saat ini dialah sosok teman, sahabat bahkan mungkin saudara sebagaimana yang pernah dikatakannya, yang mampu memberikan petuah-petuah bijak yang kadang sangat kritis dan menohok di hati, tapi itu semua benar adanya. Tangisan itu juga terbentuk saat perpisahan terjadi, dimana saudaraku itu  harus kembali ke kota di mana dia berkuliah setelah menghabiskan masa liburannya di Yogyakarta beberapa hari. 

Awalnya, gengsiku cukup besar untuk menangisinya di saat kumengantarkannya ke stasiun tugu yogyakarta untuk bertolak ke jakarta. Tapi ketika akhirnya kuputuskan untuk meng-SMS tangisanku mulai tak terbendung. Memang, saat itu ketegaran masih mengambil alih emosiku, selain rasa malu tentunya, mengingat aku mengantarkannya bersama seorang teman perempuan dan sampai SMS berlayangan di udarapun, teman perempuanku itu masih bersamaku menghabiskan makan malam di burjo langganan dekat kosku. Namun, akhirnya ketika aku kembali ke kamar kosku yang entah mengapa mendadak terasa sepi, hampa dan terlalu luas untukku, air mata haru akhirnya menetes membasahi pipiku malam itu. 

Kerinduan akan sosok saudara laki-laki yang mau dan bisa mengayomiku, mengajarkan hal-hal baru dan benar kepadakulah mungkin yang menjadi penyebab  tangisanku malam itu terjadi. Sosok orang baru yang kukenal beberapa hari ini, mampu mengisi kekosongan itu. Jelas.  Sangat nyata, segalanya terasa hampa saat harus jauh dari saudaraku itu. Namun, Alhamdulillah tangisanku malam itu berhasil menyadarkanku akan betapa berharganya seorang sahabat, saudara. Dan sampai saat ini, hubungan persaudaraan itu masih terjalin baik dengannya, bahkan beberapa hari yang lalu aku baru saja mengunjunginya di Jakarta karena kebetulan memang aku harus ke sana untuk mengejar cita-cita masa depanku. Miss you brotha!

Begitulah tangisan menjadi solusi akan permasalahan yang kurasakan, begitulah tangisan mengisi kekosongan hatiku, begitulah tangisan menjadi luapan betapa bahagianya dan bersyukurnya diriku masih dikaruniai sosok orang-orang yang ternyata menyayangiku meskipun mereka malu untuk mengakuinya. Dan saat ini aku menjadi penggemar air mata. Alhamdulillah....


Menangislah bila harus menangis
Karena kita semua manusia
Manusia bisa terluka, manusia pasti menangis
Dan manusia pun bisa mengambil hikmah
Dibalik segala duka tersimpan hikmah
Yg bisa kita petik pelajaran
Dibalik segala suka tersimpan hikmah
Yg kan mungkin bisa jadi cobaan
(DEWA-- Air Mata)

Sabtu, 15 September 2012

What’s wrong with my Name..? (Part 1)

hupfth...
Inilah permasalahan yang sebenarnya tak ingin kubahas dalam hidupku. Kenapa...?, pasalanya sudah beberapa kali aku bermasalah dengan orang hanya karena namaku, baik itu hal yang lucu sampai ke hal-hal yang serius. Aku sudah mengalami beberapa hal yang membuatku kesal dan rasanya ingin menonjok muka orang, misalnya seperti suatu saat aku menyempatkan diri chating di fasilitas warnet gratis yang disediakan oleh kampus dengan menggunakan MIRC dan log on dengan nama yang bukan sebenarnya, karena biasanya kan juga seperti itu(heheh). Hari itu didit menjadi nama yang kukorbankan di chat kali ini, dan beberapa saat kemudian seorang cewek nimbrung dan menyapaku :
Ce   : Hallo....asl plis
aku : Halo juga.... 24 m jgj
         kamu?
        (Aku memasang usia 24 tahun biar terkesan sudah dewasa...hihihihih.)
kata-katapun berlayangan di udara, sampai pada suatu saat dia mulai bertanya.
ce    : ne nama asli atau ...???
Aku : bukan..
ce    : trus namanya spa..??
gw   : u 1st....
ce    : sita... lu..
dengan bangganya kubalas dengan kejujuran dari hati yang paling dalam "GEMPUR" ketikku di kotak chatting
ce   : hah...
aku : napa...??
ce   : kamu kok gt.
         aku kan dah ngasih taw namaku, skrg giliran kamu
         namamu siapa..??
aku : kan sudah dibilang Gempur..
ce   : jangan boong..
         serius itu nama beneran..?? ga ngarang..??
gw  : jujur 100% nama gue yang itu
ce   : gak percaya...masa namamu itu..???
aku : sumpah...tuh nama dari dulu gue dapet dari ortu gue..
ce   : jujur dong..

lantaran sudah tidak tau lagi harus meyakinkan si Sita ini dengna cara apa, akhirnya kuputuskan untuk segera log out dan meninggalkan SIC.
 
huh..mengapa....
mengapa aku harus bermohon-mohon untuk meyakinkan orang bahwa namaku adalah GEMPUR.

Bukan hanya itu. 
Ada lagi kisah yang membuatk rasanya gimana... gitu, yang terjadinya waktu aku sednag mengikuti salah satu kuliah dengan 4 SKS di pagi hari -_-. Kejadian bermula ketika si Dosen pengampu matakuliah ini memutuskan untuk menunjuk setiap mahasiswa secara random untuk mengerjakan soal-soal latihan di textbook, sampai saat ada seorang teman yang dipanggil dan kurang bisa menyelesaikan salah satu soal latihan di papan tulis. yang membuat pak dosen berkata "Ada yang bisa ngelengkapin...??" sembari menunjuk ke papan tulis di mana hasil kerjaan temanku tergores. Dan dengan bangganya kuputuskan untuk unjuk tangan dan melengkapi pekerjaan temanku itu. Kabar baiknya adalah, aku bisa menyelesaikan kekurangan dari pekerjaan temanku, dan kabar buruknya akan segera anda ketahui berikut ini saat sang dosen mulai mengambil daftar nilai.
Dosen : NIM-nya berapa mas...??
Aku    : 10877
            (ini bukan NIM yang dikarang demi blog ini, tapi ini NIM pembagian dari UGM)
Dosen : kelompok berapa ?
Aku     : sebelas pak
Dosen : oh tunggu ya.....tak liat dulu

tak lama kemudian dengan nada tidak percaya dan terkejut beliau bertanya "ini....bener namanya.. GEMPUR ..???" aku yang saat itu sudah sampai di kursiku langsung terkejut dan menjawab "Iya pak..."dengan penuh kepercayaan diri. Namun dengan santainya sang dosen melanjutkan "saya kira ini cuman nama samaran yang dikasih sama teman-temannya.. eh ternyata nama asli toh..." dengan wajah yang terlihat manis-manis gimana gitu. Aku kemudian tersenyum dengan tampang manis yang dipaksakan yang jika diperhatikan seperti orang yang sedang menge-den sambil berkata " iya pak, itu nama saya.." dan ternyata itu tak membuatnya berhenti dari keheranannya "wah saya kira kemarin itu singkatan dari namanya.. Gerhana Purwanto, eh ternyata bukan.."

huah..haha........
kelas kemudian dipenuhi gemuruh tawa nan membahana memenuhi jagat raya alam semesta yang semerbak bunga. sementara aku hanya bisa tersenyum simpul sambil menahan rasa stres dan malu.

mengapa oh mengapa  sedikit orang yang percaya dengan namaku ? Apa yang salah dengan nama GEMPUR? bukankah itu unik? menarik? langka? tapi apapun itu, namaku adalah namaku. Yang merupakan harta terbesar pertama yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Tak peduli mereka tak percaya, tapi itulah namaku yang indah menurutku, dan dengan bangga ku umumkan bahwa namaku adalah..

GEMPUR........SAFAR...
HUAHAHHAHAHHA,.AHA.AAHAHAA

Kamis, 13 September 2012

3 kali Pendadaran?? Siapa kapok???

Oke, catatan hari ini mungkin akan menyemangati anda-anda yang sedang bergelut dengan tugas akhir atau skripsi atau mungkin juga tugas kantor yang terimpit oleh dateline yang menggerus kesabaran, konsentrasi dan emosi. Tapi jangan sampai justru sebaliknya ya :D

Pendadaran atau ujian meja atau ujian akhir skripsi merupakan suatu keadaan yang penuh ketegangan, ketakutan dan trauma akan pembantaian masal (santai bero, bukan pembunuhan fisik tapi mental) terhadap korban sebut saja bunga mawar atau bunga melati a.k.a mahasiswa yang mempresentasikan hasil jerih payahnya selama beberapa bulan atau mungkin tahun atau bahkan kalau beruntung hanya beberapa minggu seperti yang pernah saya lakukan pada pendadaran pertamaku di hadapan sekelompok dosen penguji yang mungkin lebih mirip penjagal di rumah-rumah potong hewan di mata korbannya :D. Biasanya, mahasiswa tingkat akhir akan mati-matian berusaha untuk melalui fase ini -pendadaran- dalam sekali tampil. Namun kadang tak jarang yang harus kembali menghadapi kumpulan dosen berparas mr. sattan atau inspektur vijay untuk kedua kalinya karena berbagai alasan akademik, entah si mahasiswa terlihat gugup sampai lupa bahan skripsinya, salah mutar presentasi, salah nganalisis data, salah menggunakan metode penellitian, penelitian atau tema yang diangkat sudah pernah ada sebelumnya, dugaan plagiasme, sampai kepada mood dosen penguji yang sedang tidak baik.
Segala usaha pasti akan kita upayakan agar keadaan seperti ini hanya kita lalui satu kali seumur hidup. Tapi setiap usaha pasti ada kemungkinan untuk gagal bukan? dan setiap kali gagal  kita harus bisa bangkit kembali. Begitu kata orang-orang bijak terdahulu.

Sebagaimana telah saya ceritakan sebelumnya, sekitar 5 atau 6 bulan yang lalu langkah pertama untuk menyelesaikan studiku yang amburadur ini kumulai. Pada percobaan pertama, kepercayaan diriku membucah ketika tema skripsi dengan judul ke-5 ini akhirnya di ACC oleh dosen pembimbingku untuk segera kupertahankan di depan 3 dosen penguji yang lumayan mengenalku bukan karena citraku yang cerdas melainkan sepak terjangku yang terlalu lama di kampus ini. Namun sayang seribu sayang usaha pertamaku ini hanya berakhir sampai periode dimana aku selesai mempresentasikan hasil penelitianku. Proses tanya jawab yang seharusnya terjadi setelah presentasiku terhenti oleh pertanyaan dan pernyataan bahwa apa yang kukerjakan ini sudah pernah ada yang membahasnya sebelumnya.

Selanjutnya, usaha dan perhatianku kupusatkan untuk mencari tau wujud skripsi yang menjadi batu sandungan besar dalam perjalanan penyelesaian studyku yang amburadur ini. Bolak-balik perpustakaan FMIPA UGM kulakoni berminggu-minggu ditengah sengatan terik matahari yang semakin lama semakin menyengat di langit jogja, mencari jejak nama penulis skripsi tersebut di media sosial, baik milis yahoo, facebook untuk mencari tahu kontak yang bersangkutan guna mengonfirmasi bagian mana yang menjadi kesamaan dari skirpsi yang kami tulis, namun semuanya tidak membuahkan hasil apapun untuk perkembangan revisiku saat itu. Mutung, menjadi langkah lanjutan sebagai akibat dari usahaku yang tidak membuahkan hasil.


Semangatku kembali bergejolak ketika periode wisuda mei telah terlewati. Jari-jemariku kembali bersemangat mengetikan kalimat-kalimat di Bab-bab tugas akhirku hingga dalam waktu 3 minggu segalanya terselesaikan dengan tambahan satu metode baru dalam skripsiku. Namun, karena kecerobohanku dan keterburu-buruanku, aku sampai lupa untuk memastikan apakah metode tambahan ini juga belum masuk kedalam skripsi yang dinyatakan sama tersebut ke dosen yang mengkritiku saat ujian pertama. Alhasil, di ujian pendadaran kedua, aku hanya sempat menjelaskan 1/3 isi presentasiku hingga sampai forum itu dibubarkan dengan kesimpulan aku harus kembali mengulanginya lagi.


Saat itu juga batinku mulai berkata," jangan sampai ini menghentikan usaha seriusku untuk lulus tahun ini". Selepas para dosen penguji dan pembimbingku meninggalkan ruangan, aku bergegas mengejar dan menghampiri dosen yang menyatakan bahwa teoriku sudah pernah di bahas dan ada di diktat kuliah yang dibuatnya, untuk meminta saran apa yang sebaiknya kulakukan untuk mengatasi masalah ini dengan tidak harus mengganti tema yang berarti mengulang lagi semua tahap dari awal. Langkah yang seharusnya ku lakukan sejak percobaan pertama gagal. Akhirnya solusi kuperoleh dengan memasukan 2 metode baru kedalam apa yang sudah kuselesaikan sebelumnya dan membandingkan ke-empat metode berbeda tersebut. Tiga minggu waktu yang cukup untuk menyelesaikan skripsi ini.

Setelah merasa cukup yakin dengan apa yang kulakukan, akhirnya tanggal 14 agustus 2012 menjadi tanggal ke-3 dimana aku harus mempertahankan hasil kerjaku di hadapan 3 dosen penguji yang susunannya telah berganti karena salah satu dosen harus ke Australia mengunjungi istrinya dan yang satunya sepertinya sudah mudik ke jawa barat (inget sekarang lagi bulan Ramadhan).

Pagi itu, kuberangkat dengan jalan kaki dari kos-kosanku yang berjarak kurang lebih 1 kilometer dari kampus dengan penuh semangat dan tidak membawa bala bantuan untuk menyaksikanku dibantai pagi ini. Sesampaiku di kampus,kakiku langsung kulangkahkan menaiki anak-anak tangga yang sudah sangat sering melihatku naik-turun gedung berlantai 3 ini. Ruang sekertariat Prodi menjadi tujuanku untuk memastikan ruangan mana yang akan kupakai untuk ujian kali ini. Tak satupun dosen penguji hadir lebih awal, aku harus menunggu 20 menit untuk masuk ke dalam ruangan dan memulai presentasiku. Berjajar dari kiri ke kanan, di hadapanku sudah duduk 3 dosen penguji secara berturut-turut, ibu dosen muda yang karakternya belum kuketahui cukup banyak karena hanya sekali mengambil mata kuliah yang diampunya, di susul Kepala Program Studi Statistika saat ini yang sudah diketahui reputasinya sebagai salah satu dosen yang lumayan usil dalam mendadar mahasiswa, yang juga merupakan dosen yang menyarankanku untuk segera mendaftarkan diri di ujian ke-2, dan terakhir sosok dosen senior bersahaja yang merupakan dosen pembimbing akademikku. Dari ketiga dosen itu, hanya dosen kedua lah yang menurutku cukup memahami isi dari skripsiku, sedangkan 2 lainnya memiliki minat yang berbeda.

Presentasiku berlangsung 20 menit, dan  langsung di sambut dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurutku tidak selayaknya lagi dipertanyakan karena sudah jelas ku paparkan dalam BAB IV dari skripsiku dan kusimpulkan di BAB V. Namun karena ini pendadaran maka mau-tidak mau semua pertanyaan kujelaskan juga, meskipun ada beberapa yang tidak mengundang kepuasan dari dosen yang menanyakannya. Sesi tanya jawab hanya berlangsung sekitar 40 menit yang berarti pendadaranku hari ini hanya memakan waktu 1 jam dari 2 jam yang disediakan. Kemudian ketiga dosen memintaku untuk meninggalkan ruangan sejenak untuk berunding mengenai status kelulusanku berdasarkan ujian pendadaran yang baru saja  kulakukan. Tak sampai 5 menit, aku sudah diperbolehkan kembali memasuki ruangan dan langsung mendengarkan kata yang memang sudah kuprediksi " Mas, gempur.. setelah memperhatikan presentasi anda, kami selaku dosen penguji menyatakan anda LULUS dengan perbaikan dari pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab." kata dosen pembimbing akademikku. "alhamdulillah, terima kasih pak" sahutku.

Oke, akhirnya  perjalananku di Statistika UGM berakhir hari ini. Alhamdulillah.. alhamdulillah.. alhamdulillah.

Jumat, 07 September 2012

Mahasiswa Ambang Batas

Kalau ditanya pengen lulus gag sih?? tentu saja jawabannya iya. Namun, jangan pernah tanya kapan kata lulus itu akan dicapai.

Semester ini adalah semester keempat dimana Tugas Akhir mengisi salah satu baris  di KRS-ku, dan sangat besar harapanku untuk segera mengakhirinya semester ini  juga.  Ntah kenapa kuliahku di salah satu Universitas  ternama ini tak kunjung selesai, padahal prestasi belajarku tidak jelek-jelek amat. Dibilang mengeluh, ya saya  mengeluh, walaupun banyak sekali petuah-petuah yang melarang untuk mengeluh, tapi itu manusiawi bukan??

Semester ini sempat membawa angin segar ketika tema yang cukup mudah, dan memang saya memutuskan untuk mengambil tema yang mudah-mudah saja untuk ku bahas sebagai tugas akhir, telah kutemukan dan selesai kususun dalam 3 minggu. Bayangkan, dalam 3 minggu Tugas Akhirku selesai. Melihat kerja kerasku yang benar-benar serius untuk setidaknya membuat ibu-bapak ku bisa berhenti memberikan penjelasan kepada tetangga ketika pertanyaan, “si gempur udah lulus  belum??” terlempar dari lisan-lisan mereka ada kebahagiaan yang sempat menyinggahi lubuk hatiku, “aah… akhirnya bisa segera menyelesaikan studi yang alot ini”


Sampai saat kuputuskan untuk menghubungi Dosen Pembimbing Tugas Akhir melalui SMS untuk  mengatur jadual pertemuan untuk membicarakan tema Tugas Akhirku yang  berujung tidak dibalasnya SMS ku. Awalnya sedikit kecewa karena SMS untuk mengatur jadual pertemuan tidak mendapat respon dari Dosen Pembimbing kedua setelah kuputuskan mengganti dosen di semester ke-3 kumengambil Tugas Akhir, namun semangat tuk mengejar Wisuda Sarjana bulan November 2011 semakin mendorongku untuk menemukan jalan keluar, hingga akhirnya kuputuskan untuk menemui sang dosen di ruangannya secara langsung pada pagi hari dengan berbekal bahwa beliau ada jadual mengajar siang harinya. Dan Alhamdulillah, berhasil bertemu.

Pagi itu adalah pagi kedua saya memasuki ruangan kantor salah satu dosen yang cukup senior di kampusku itu, setelah sebelumnya beliau sempat bingung akan status kemahasiswaanku. “hm.. mahasiswa S2 mas??” begitu katanya ketika melihatku memasuki ruangannya seminggu yang lalu. hmm,, rupanya studi yang melelahkan ini telah menguras ketampananku.

Kusodorkan juga draft Tugas Akhirku kepadanya, dan beliau cukup kaget ketika melihat draft iu sudah lengkap dari BAB I sampai BAB V, mengingat seminggu sebelumnya hanya BAB I yang ku serahkan sebagai bahan pertimbangan beliau mengenai temaku. Batinku mulai melafalkan bernagai do’a dan harapan agar draft tersebut di ACC dan dibolehkan untuk lanjut ke tahap Ujian Pendadaran yang begitu meneganggang menurut versi teman-temanku  yang sudah berhasil melaluinya. Badanku tegap di seberang meja dimana sang Dosen  duduk, dan beliau mempersilahkanku untuk duduk, karena katanya beliu hendak membaca dahulu isi draft-ku. Kursi tamu di ruangan itu menjadi saksi betapa tegangnya diriku menghadapi hari itu dan bertambah tegang ketika akhirnya sebaris kalimat pertanyaan terucap dari lisan dosenku.

Ya, seperti yang sudah dikatakan teman-temanku. Bapaknya akan menanyakan hal yang cukup abstrak untuk dimengerti oleh mahasiswa yang ditanya olehnya. ‘tenang pur..tenang..’ begitulah batinku berkata ketika mendengar kalimat yang kucoba pahami dari sudut pandang yang sederhana untuk selanjutnya kujawab dan kujelaskan sesuai yang ku ketahui dari buku-buku yang kujadikan pedoman penyusunan Tugas Akhir ini.

“Bukan..bukan begitu maksud saya…” kalimat itu tiba-tiba meruntuhkan kepercayaan diriku yang dengan susah payah kubangun pagi itu. kembali lagi aku mencoba menjelaskan dengan bahasa yang sederhana yang memang dituntut oleh sang dosen, namun tak kunjung bisa memuaskan pertanyaan dari beliau. sampai akhirnya sedikit gaduh, ketika saya sedang berusaha menjawab, bapakny juga kembali bertanya disaat yang bersamaan. Beruntung, sekali lagi dengan menggunakan apa yang kudengar dari teman-temanku bahwa kata ‘Ya Pak!’ adalah senjata ampuh untuk mengakhiri kemelut pertanyaan bertubi-tubi yang dilontarkan oleh sang dosen.

Sampai akhirnya hatiku takluk juga ketiga beliau berkata, apa yang kulakukan untuk Tugas Akhirku adalah SALAH! dari segi metode maupun cara penyelesaian permasalahan yang kuangkat sebagai tema. Kecewa?? ya, tentu saja. Siapa orang di dunia ini yang tidak kecewa ketika hasil kerja kerasnya dinyatakan SALAH?!


Pertemuan itu adalah pertemuan terakhirkku dengan sang dosen untuk membahas Tugas Akhirku yang kemudian mengubur harapanaku untuk Wisuda pada bulan November 2011, karena setelahnya kuputuskan untuk menenangkan hatiku selama seminggu dan kemudian memutuskan untuk menemui sang dosen kembali. Namun, ketika hatiku sudah siap, beliau harus dirawat inapkan di Rumah Sakit selama beberapa hari dan bed rest beberapa minggu di rumah karena penyakit darah tinggi nya menyerang. begitu yang kudengar.

Dan sampai saat ini belum ada perkembangan terbaru mengenai masa depan tugas akhirku dan status S.Si yang akan menempel di namaku. Sangat besar harapanku untuk menyelesaikannya bulan ini,mengingat kejenuhan yang mulai menggerogoti semangatku.


rebloged from : gesaf.wordpress.com on nov 14th