Search it here

Rabu, 18 Januari 2012

Galau itu... gini ya rasanya.??

Awalnya ketika semua orang berbondong-bondong membahas dan menggunakan kata "galau" khususnya mereka yang gemar berkicau, ada sedikit rasa tidak respect kepada mereka karena terlalu cepat terbawa arus trend yang terjadi, dan seolah-olah mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki jadi diri untuk berdiri sendiri di atas trend yan dibuat oleh diri mereka masing-masing.


Namun, ketika akhirnya ku merasakan perasaan yang entah apa maknanya dan tidak bisa kujelaskan dengan rinci, bahkan mungkin KBI belum membuatkan defenisi untuk perasaan ini, akhirnya kata "galau" yang awalnya kucegah untuk kugunakan, muncul menjadi kata yang dapat menggambarkan perasaanku akhir-akhir ini.

Ya, begitulah manusia, khususnya saya yang begitu terlalu cepat men-judge suatu hal kedalam hitam-putih dunia, tanpa memikirkan apakah kita suatu saat akan terjebak di dalamnya atau tidak. Tepat seperti yang saya lakukan saat ini. Terkesan bodoh? iya, munafik?? mungkin itu kata yang lebih tepat.

Saat perasaan yang tidak dapat kita gambarkan dan kita ungkapkan kepada siapa pun di sekitar kita muncul, menerpa hati kita yang labil, maka galau adalah satu kata yang benar-benar cocok untuk menggambarkannya. Kadang kala permasalahan hidup terlalu complicated untuk kita bagi, terlalu privat untuk kita ceritakan dan bahkan mungkin tidak ada orang yang kita anggap tepat untuk menampung "sampah-sampah" dari hati kita, bahkan mereka yang mengaku dan kita akui sebagai sahabat kita.

Galau..
memang terlalu indah untuk kita bagi-bagikan secara detil kepada orang lain. Dan saya pun begitu. Sulit memang, saat kita benar-benar butuh pundak untuk bersandar, mencurahkan segala beban di hati, dan menumpahkannya ke tempat yang tepat dan membuat kita nyaman tetapi kita terkekang oleh betapa kompleksnya permasalahn itu, dan terbentur pada "even the most wise people in the world have a problem" yang semakin mencegah kita untuk blak-blakan mencurahkannya.


Pada usia ini, 25 tahun, seharusnya kedewasaan berpikir sudah mulai terpupuk dan tumbuh dalam benak dan hatiku. Tapi...doing something good is not as easy as the way we say them. Jarak ratusan kilometer dari sosok yang mampu meneduhkan hati - ibu - membuatku lemah dalam menentukan sikap, menekankan prioritas, dan mengambil keputusan yang tepat. Memori ketika keputusan untuk menaklukan pulau jawa di masa SMA kembali terngiang-ngiang di hadapan. Tapi.. bukankah kita tidak diperbolehkan terus-menerus terkekang dalam penyesalan?? Jika semua hal mudah untuk kita sesali dan dapat kembali seperti semula, lalu dari mana kita belajar? dari mana kita memperoleh cara untuk menikmati hidup?

Hidup itu terlalu sederhana untuk kita lewatkan kawan, bahkan lebih sederhana dari menemukan penyelesaian 1+1. 

Cobaan yang terus datang, dan kebodohan yang masih saja suka ku ulangi menempatkanku pada satu titik terendah dalam siklus pencarian kedewasaanku. Bodoh?? konyol?? menyedihkan?? YA!! Tapi di balik semua itu ada hikmahnya bukan?? Rencana ALLAH itu terlalu indah untuk kita ketahui, dan di setiap deretan masalah yang mengantri untuk mendera PASTI ada keindahan yang menanti kita.



















ALLAH punya rencana yang indah untuk Makhluknya!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar